Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan, negosiasi dengan PT Vale Indonesia masih terus berjalan hingga menemukan harga yang cocok terkait dengan divestasi saham.
Menurut Arya, harga divestasi saham yang ditawarkan oleh Vale Indonesia nilai masih jauh dari harga wajar.
"Masih negosiasi, artinya enggak masuk dengan hitungan kita, dengan nilai yang dimaksud. Harusnya enggak segitu, harusnya lebih murah," ujar Arya usai peluncuran vending machine khusus UMKM di Jakarta, Senin.
Meski tidak menyebut angka yang dipatok, Arya mengatakan bahwa pada dasarnya nilai saham Vale Indonesia disebut fleksibel, sehingga masih dapat untuk terus dinegosiasi.
"Walaupun fleksibel tapi kan ada juga angkanya. Karena fleksibel makanya kita tawar lagi, gitu kan," kata Arya,
Diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, kesepakatan awal (head of agreement/HoA) terkait dengan divestasi saham PT Vale Indonesia sebesar 14 persen telah ditandatangani.
Adapun, pemegang saham terbesar Vale Indonesia adalah Vale Canada dengan kepemilikan saham 43,79 persen. Berikutnya, MIND ID dengan kepemilikan 20 persen, dan Sumitomo Metal Mining sebesar 15,03 persen. Sedangkan, kepemilikan publik pada Vale sebesar 21,18 persen.
Pemerintah perlu meningkatkan kepemilikan saham di Vale melalui divestasi pemegang saham lain, seiring dengan masa operasi dan kontrak Vale Indonesia yang akan berakhir pada 28 Desember 2025.
Divestasi Vale dilakukan demi kepentingan nasional seiring dengan rencana hilirisasi dan industrialisasi yang dilakukan pemerintah. Divestasi juga menjadi syarat bagi Vale untuk bisa memperpanjang kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan (IUP).
Vale memiliki kawasan eksplorasi tambang, yang salah satunya, berada di Sorowako-Towuti, Sulawesi Tenggara. Produksi tambang Vale nikel, dengan rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton.
Baca juga: BUMN diharapkan laksanakan fungsi sosial di masyarakat
Baca juga: TWC gelar pelatihan "guide" perkuat destinasi Candi Prambanan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Menurut Arya, harga divestasi saham yang ditawarkan oleh Vale Indonesia nilai masih jauh dari harga wajar.
"Masih negosiasi, artinya enggak masuk dengan hitungan kita, dengan nilai yang dimaksud. Harusnya enggak segitu, harusnya lebih murah," ujar Arya usai peluncuran vending machine khusus UMKM di Jakarta, Senin.
Meski tidak menyebut angka yang dipatok, Arya mengatakan bahwa pada dasarnya nilai saham Vale Indonesia disebut fleksibel, sehingga masih dapat untuk terus dinegosiasi.
"Walaupun fleksibel tapi kan ada juga angkanya. Karena fleksibel makanya kita tawar lagi, gitu kan," kata Arya,
Diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, kesepakatan awal (head of agreement/HoA) terkait dengan divestasi saham PT Vale Indonesia sebesar 14 persen telah ditandatangani.
Adapun, pemegang saham terbesar Vale Indonesia adalah Vale Canada dengan kepemilikan saham 43,79 persen. Berikutnya, MIND ID dengan kepemilikan 20 persen, dan Sumitomo Metal Mining sebesar 15,03 persen. Sedangkan, kepemilikan publik pada Vale sebesar 21,18 persen.
Pemerintah perlu meningkatkan kepemilikan saham di Vale melalui divestasi pemegang saham lain, seiring dengan masa operasi dan kontrak Vale Indonesia yang akan berakhir pada 28 Desember 2025.
Divestasi Vale dilakukan demi kepentingan nasional seiring dengan rencana hilirisasi dan industrialisasi yang dilakukan pemerintah. Divestasi juga menjadi syarat bagi Vale untuk bisa memperpanjang kontrak karya (KK) menjadi izin usaha pertambangan (IUP).
Vale memiliki kawasan eksplorasi tambang, yang salah satunya, berada di Sorowako-Towuti, Sulawesi Tenggara. Produksi tambang Vale nikel, dengan rata-rata volume produksi nikel per tahun mencapai 75.000 metrik ton.
Baca juga: BUMN diharapkan laksanakan fungsi sosial di masyarakat
Baca juga: TWC gelar pelatihan "guide" perkuat destinasi Candi Prambanan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023