Yordania pada Senin (27/11) mengumumkan evakuasi anggota staf medis mereka yang terluka akibat serangan Israel di Jalur Gaza dan membawa pulang ke tanah air untuk melanjutkan perawatan.

Pengumuman itu disampaikan di tengah gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza yang diperpanjang selama dua hari.

Menurut pernyataan di situs Angkatan Bersenjata Yordania, evakuasi tersebut dilakukan atas arahan Raja Abdullah II.

Disebutkan bahwa “sesuai arahan kerajaan, Angkatan Bersenjata Yordania mengevakuasi personel yang terluka dari rumah sakit darurat Yordania di Gaza ke Al-Hussein Medical City (AMC) di Amman.

Para anggota medis tersebut terluka selagi berupaya memberikan bantuan kepada korban luka di Gaza yang menjadi sasaran serangan udara Israel di daerah tersebut.

Menurut pernyataan, Direktur Jenderal Layanan Medis Kerajaan dan Direktur Operasi Militer hadir untuk menerima orang-orang yang dievakuasi dan memeriksa kondisi awal mereka.

Pihaknya menekankan bahwa “pemeriksaan laboratorium dan radiologi menyeluruh akan dilakukan, dan mereka akan dirawat di berbagai departemen AMC untuk pemantauan lebih lanjut.”

Sumber: Anadolu

Baca juga: 30 orang tewas dalam serangan Israel ke sekolah PBB pada Kamis malam
 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat mengatakan bahwa pihaknya tidak mendapatkan informasi mengenai status empat petugas kesehatan terakhir di Jalur Gaza, termasuk direktur Rumah Sakit Al-Shifa.

"Tiga petugas medis dari Bulan Sabit Merah Palestina dan tiga dari Kementerian Kesehatan ditahan," menurut pernyataan WHO mengenai penahanan petugas medis oleh militer Israel.

"Dua dari enam petugas kesehatan yang ditahan dilaporkan telah dibebaskan. Kami tidak memiliki informasi mengenai keadaan empat petugas kesehatan lainnya, termasuk direktur RS Al-Shifa," sebut pernyataan itu. Baca berita selengkapnya: WHO khawatirkan status staf medis dan direktur RS Al Shifa yang ditahan
 

Pewarta: Asri Mayang Sari

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023