Pakar pendidikan Susanto mengatakan agar anak dapat menjadi sukses di masa depan, hendaknya para orang tua tidak membesarkan anak dengan cara memanjakan mereka.
"Orang tua agar menghindari memanjakan anak. Perilaku anak manja cenderung egois, tidak dewasa, tantrum jika keinginannya tak dipenuhi, ketidakmampuan mengatasi keinginan atau tidak dapat menunda keinginan dan memanipulasi untuk mendapatkan apa yang dimaui," kata Susanto saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Susanto mengatakan 'sindrom anak manja' disebabkan gagalnya orang tua dalam mendorong anak berperilaku sesuai usianya.
"Anak manja akan rentan membahayakan masa depannya, karena ia mengalami hambatan kematangan dan akan memilih tergantung pada orang lain. Padahal ketergantungan pada orang lain merupakan pantangan bagi orang sukses," kata Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta ini.
Orang tua juga diminta menghindari beberapa hal lainnya, diantaranya anak tidak diajarkan kemandirian sesuai usianya.
Setiap anak memiliki fase perkembangan sesuai tahapan usianya.
Hal-hal sederhana bisa diterapkan sejak dini, seperti belajar menyiapkan baju sekolah sesuai jadwal, belajar menyiapkan buku sesuai jadwal, belajar mengerjakan tugas sekolah, dan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
"Ini adalah hal-hal sederhana, namun merupakan hal prinsip yang perlu diajarkan pada anak sesuai tahapan-nya. Karena kemandirian merupakan modal berharga menghantarkan anak memiliki pribadi tangguh, memiliki jiwa perintis dan pengembang dalam kehidupannya," kata pendiri Sekolah Berbasis Karakter Genius Islamic School Kota Depok ini.
Selain itu, orang tua jangan terlalu mengatur anak karena membuat anak tidak kreatif.
"Anak perlu menyadari akan aturan, namun tak perlu segalanya diatur-atur karena akan membentuk pribadi yang tidak kreatif dan miskin inovasi," katanya.
Setiap anak memiliki ide, gagasan, cita-cita, dan idealisme. Sementara tugas orang tua menstimulasi dan memandu agar cita-cita anak tercapai.
"Jika anak dalam kondisi lemah semangat, orang tua memberikan motivasi, jika anak mengalami hambatan, berikan anak kesempatan menyelesaikan masalahnya dan doakan agar diberikan kemudahan oleh Tuhan," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2017 - 2022 ini.
Baca juga: Pakar pendidikan ingatkan orang tua tentang bahaya petasan bagi anak-anak
Baca juga: Pemprov Kalimantan Barat dorong kesadaran multi pihak akan pentingnya PAUD
Baca juga: 2.653 anak pekerja migran Indonesia ikuti pendidikan di CLC Malaysia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Orang tua agar menghindari memanjakan anak. Perilaku anak manja cenderung egois, tidak dewasa, tantrum jika keinginannya tak dipenuhi, ketidakmampuan mengatasi keinginan atau tidak dapat menunda keinginan dan memanipulasi untuk mendapatkan apa yang dimaui," kata Susanto saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Susanto mengatakan 'sindrom anak manja' disebabkan gagalnya orang tua dalam mendorong anak berperilaku sesuai usianya.
"Anak manja akan rentan membahayakan masa depannya, karena ia mengalami hambatan kematangan dan akan memilih tergantung pada orang lain. Padahal ketergantungan pada orang lain merupakan pantangan bagi orang sukses," kata Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta ini.
Orang tua juga diminta menghindari beberapa hal lainnya, diantaranya anak tidak diajarkan kemandirian sesuai usianya.
Setiap anak memiliki fase perkembangan sesuai tahapan usianya.
Hal-hal sederhana bisa diterapkan sejak dini, seperti belajar menyiapkan baju sekolah sesuai jadwal, belajar menyiapkan buku sesuai jadwal, belajar mengerjakan tugas sekolah, dan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
"Ini adalah hal-hal sederhana, namun merupakan hal prinsip yang perlu diajarkan pada anak sesuai tahapan-nya. Karena kemandirian merupakan modal berharga menghantarkan anak memiliki pribadi tangguh, memiliki jiwa perintis dan pengembang dalam kehidupannya," kata pendiri Sekolah Berbasis Karakter Genius Islamic School Kota Depok ini.
Selain itu, orang tua jangan terlalu mengatur anak karena membuat anak tidak kreatif.
"Anak perlu menyadari akan aturan, namun tak perlu segalanya diatur-atur karena akan membentuk pribadi yang tidak kreatif dan miskin inovasi," katanya.
Setiap anak memiliki ide, gagasan, cita-cita, dan idealisme. Sementara tugas orang tua menstimulasi dan memandu agar cita-cita anak tercapai.
"Jika anak dalam kondisi lemah semangat, orang tua memberikan motivasi, jika anak mengalami hambatan, berikan anak kesempatan menyelesaikan masalahnya dan doakan agar diberikan kemudahan oleh Tuhan," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2017 - 2022 ini.
Baca juga: Pakar pendidikan ingatkan orang tua tentang bahaya petasan bagi anak-anak
Baca juga: Pemprov Kalimantan Barat dorong kesadaran multi pihak akan pentingnya PAUD
Baca juga: 2.653 anak pekerja migran Indonesia ikuti pendidikan di CLC Malaysia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024