Penjabat Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Ani Sofian mengatakan pihaknya kini memprioritaskan penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting guna menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul memasuki Indonesia Emas pada 2045.

"Pada tahun 2045 kita berharap SDM kita mampu bersaing secara global, bukan lagi di tingkat lokal atau nasional tetapi tingkat internasional. Untuk itu penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting menjadi perhatian dan prioritas,” ujarnya saat saat membuka musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tingkat Kelurahan Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur di Pontianak, Kamis

Ani menambahkan bahwa mempersiapkan SDM sejak dini menyongsong Generasi Emas 2045  penting. Apalagi Indonesia sudah memasuki bonus demografi sehingga potensi ini harus bisa dimanfaatkan.

Semestinya, adanya bonus demografi ini lapangan pekerjaan tersedia bagi usia produktif hingga yang sudah tidak produktif. Hal yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan SDM yang unggul. Salah satunya adalah menangani persoalan stunting.

“Oleh sebab itu, perlu kolaborasi dan kerja sama dengan seluruh pihak termasuk masyarakat agar permasalahan stunting bisa tertangani,” katanya.

Selain persoalan stunting, lanjutnya, persoalan yang harus dituntaskan adalah kemiskinan ekstrem. Meski target pemerintah pusat kemiskinan ekstrem bisa tuntas tahun 2024, tetapi bila dilihat data dengan upaya yang sudah dilakukan, persoalan itu belum bisa dituntaskan di tahun ini.

Maka dari itu, persoalan stunting dan kemiskinan ekstrem ini sangat berkaitan.

“Kemiskinan ekstrem menyebabkan masyarakat tersebut tidak mampu memberikan makanan bergizi kepada anak-anaknya, inilah yang harus kita tanggulangi bersama,” ucap Ani.

Dengan adanya inovasi yang digagas oleh kecamatan, kelurahan dan puskesmas serta posyandu, penurunan angka stunting di beberapa wilayah turun signifikan. Oleh karena itu, ia berharap seluruh pemangku kepentingan bergerak bersama untuk menangani stunting.

“Ini harus kita kembangkan agar angka stunting semakin berkurang seiring dengan menurunnya angka kemiskinan ekstrem,” tuturnya.

Menurut Ani, perencanaan dalam Musrenbang harus juga mengacu pada bagaimana bisa menciptakan pendapatan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya padat modal, padat karya sehingga masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap bisa terbantu.

Terkait dengan angka stunting di Kota Pontianak pada 2022 tercatat 19,7 persen atau turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen dan angka kemiskinan dari 4,58 persen di tahun 2021 turun menjadi 4,46 persen tahun 2022.

 

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024