Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I menyatakan, kekuatan tawar petani di Sumatra Utara akan semakin naik di hadapan pembeli yakni industri jika membentuk koperasi.
"Dengan koperasi, petani memiliki daya tawar untuk menjual karetnya kepada pembeli," ujar Kepala KPPU Kanwil I Ridho Pamungkas di Medan, Minggu malam.
Oleh sebab itu, Ridho menilai penggabungan para petani karet di dalam koperasi perlu dilakukan dan digalakkan.
Dia menambahkan, selain dapat memiliki kuasa penuh atas karet produksinya, koperasi juga mempunyai daya untuk bermitra dengan pembeli karet mereka atau pelaku industri.
"Dengan demikian, petani bisa menjual karetnya langsung ke industri, tidak harus melewati 'middle man'," kata Ridho.
KPPU, dia melanjutkan, menduga "middle man" atau perantara ini menjadi salah satu pihak yang berperan dalam mengatur harga karet sehingga nilainya jatuh.
Dengan harga yang semakin rendah, petani jadi terpaksa menjual produksi karetnya ke salah satu pihak sehingga pembeli lain tidak bisa mendapatkan pasokan karena pembelian karetnya dikuasai pihak tertentu.
Berdasarkan catatan KPPU Kanwil I, setidak-tidaknya ada 10 pabrik pengolah karet yang tutup di Sumut. "Kami sedang menelusuri hal itu," tutur Ridho.
Pada Juni 2023, Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menyatakan, mulai dari tahun 2017 volume ekspor karet Indonesia turun rata-rata 10 persen setiap tahun.
Tahun 2017 Indonesia mengekspor sekitar 3,3 juta ton karet, tetapi lima tahun kemudian turun menjadi sekitar 2,1 juta ton. Bahkan, kondisi tersebut membuat Indonesia terpaksa mengimpor sekitar 100 ribu ton karet setiap tahunnya.
Berdasarkan catatan perusahaan rantai pasok dan agribisnis nasional Gokomodo, pada tahun 2022, Sumatra Utara merupakan provinsi penghasil karet terbesar kedua di Indonesia setelah Sumatra Selatan.
Sepanjang periode tersebut, Sumut menghasilkan 321.600 ton karet dan Sumsel 913.400 ton karet, kemudian tiga provinsi penghasil karet terbanyak lainnya yaitu Jambi (317.600 ton), Riau (307.300 ton) dan Kalimantan Barat (255.800 ton).
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024