Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) melakukan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan mengintensifkan patroli di sejumlah lokasi rawan karhutla di daerah itu.

"Umumnya, lokasi yang sering terjadi karhutla berada jauh dari pemukiman warga, seperti di atas bukit dan daerah terpencil lainnya. Untuk itu kita perlu melakukan pemetaan sejak dini untuk daerah mana saja yang berpotensi terjadi karhutla," kata Kepala BPBD Kalbar Ansfridus J Andjoe di Pontianak, Rabu.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, diperkirakan mulai Juli hingga September mendatang, wilayah Kalbar memasuki musim panas. Kondisi ini tentunya berpotensi meningkatkan risiko karhutla.

"Untuk mengantisipasi dini karhutla, kami telah menginstruksikan seluruh BPBD kabupaten/kota untuk segera memetakan wilayah yang rawan karhutla, terutama di kabupaten yang selalu mengalami karhutla setiap tahunnya," katanya.

Ansfridus menjelaskan BPBD Kalbar telah mempersiapkan semua peralatan untuk mengantisipasi karhutla, termasuk mobil pemadam kebakaran dan alat pemadam lainnya. Patroli karhutla difokuskan di sekitar kawasan Bandara Supadio.

"Jika ada aktivitas pembakaran di lahan gambut, kami akan bergerak cepat melakukan pemadaman agar tidak menyebar dan mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Supadio," ujarnya.

Ia menjelaskan beberapa daerah di Kalbar yang rawan karhutla, meliputi Kabupaten Ketapang, Sambas yang berbatasan langsung dengan Malaysia, serta sebagian wilayah Bengkayang, Mempawah, dan Kubu Raya.

"Secara umum, hampir semua kabupaten/kota di Kalbar memiliki potensi karhutla. Namun, Kabupaten Ketapang adalah yang paling rentan. Potensi karhutla di Kabupaten Kubu Raya bisa kami kendalikan dengan baik karena BPBD Kalbar berada dekat dengan area tersebut, sehingga kami bisa melakukan antisipasi dengan cepat," katanya.

Dengan langkah-langkah antisipatif ini, BPBD Kalbar berharap, dapat meminimalisasi dampak karhutla di wilayah itu, melindungi lingkungan, serta memastikan keselamatan dan kenyamanan masyarakat.

Ia mengatakan sejauh ini pembukaan lahan dengan cara membakar dalam skala terbatas sudah menjadi kearifan lokal dari masyarakat Dayak yang sejak dahulu berladang dengan cara membakar lahan.

"Kondisi ini menjadi fokus kami untuk mengantisipasinya, agar tidak menyebar ke pemukiman warga dan tidak lepas kendali dalam proses pembukaan lahan tersebut," ucapnya.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024