Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) dengan dukungan berbagai pihak terus berupaya melakukan langkah nyata untuk kembali menjadi daerah sentra peternakan babi.
"Sebelumnya Kalbar mandiri atau sentra babi. Namun saat ini harus mendatangkan babi dari luar karena dampak African Swine Faver (ASF) atau penyakit menular pada babi," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar Heronimus Hero di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini produksi babi di Kalbar hanya sekitar 40 ribu ekor dalam setahun. Sedangkan sebelum ada ASF produksi mencapai 460 ribu ekor babi.
"Untuk kebutuhan babi sendiri di Kalbar sekitar 80 ribuan ekor setahun. Jadi saat ini hampir separuh babi didatangkan dari luar," kata dia.
Untuk langkah nyata untuk mengembalikan sebagai sentra dan mandiri babi di Kalbar di antaranya memperketat lalu lintas babi yang didatangkan dari luar Kalbar baik melalui jalur darat maupun jalur laut.
"Kemudian program pembibitan babi mulai dilakukan karena kondisi mulai aman dari ASF. Kami mengembangkan indukan di Kabupaten Landak," kata dia.
Ia menambahkan terpenting lagi melalui dukungan Food dan Agriculcure Organization (FAO) dan dari Korea Selatan hadir program percontohan dari program Comunity ASF Biosecurity Intervention (CABI) pada peternak babi skala mikro kecil di Kota Pontianak dan Kabupaten Landak.
"Dari program tersebut terdapat 120 peternak di Kota Pontianak dan Kabupaten Landak mendapat pendampingan dalam mencegah ASF, peningkatan produksi dalam budidaya serta lainnya. Semoga dengan langkah yang ada, Kalbar kembali bisa memenuhi sendiri kebutuhan babi dan menjadi sentra babi di Indonesia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Sebelumnya Kalbar mandiri atau sentra babi. Namun saat ini harus mendatangkan babi dari luar karena dampak African Swine Faver (ASF) atau penyakit menular pada babi," ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar Heronimus Hero di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini produksi babi di Kalbar hanya sekitar 40 ribu ekor dalam setahun. Sedangkan sebelum ada ASF produksi mencapai 460 ribu ekor babi.
"Untuk kebutuhan babi sendiri di Kalbar sekitar 80 ribuan ekor setahun. Jadi saat ini hampir separuh babi didatangkan dari luar," kata dia.
Untuk langkah nyata untuk mengembalikan sebagai sentra dan mandiri babi di Kalbar di antaranya memperketat lalu lintas babi yang didatangkan dari luar Kalbar baik melalui jalur darat maupun jalur laut.
"Kemudian program pembibitan babi mulai dilakukan karena kondisi mulai aman dari ASF. Kami mengembangkan indukan di Kabupaten Landak," kata dia.
Ia menambahkan terpenting lagi melalui dukungan Food dan Agriculcure Organization (FAO) dan dari Korea Selatan hadir program percontohan dari program Comunity ASF Biosecurity Intervention (CABI) pada peternak babi skala mikro kecil di Kota Pontianak dan Kabupaten Landak.
"Dari program tersebut terdapat 120 peternak di Kota Pontianak dan Kabupaten Landak mendapat pendampingan dalam mencegah ASF, peningkatan produksi dalam budidaya serta lainnya. Semoga dengan langkah yang ada, Kalbar kembali bisa memenuhi sendiri kebutuhan babi dan menjadi sentra babi di Indonesia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024