Hasil diskusi yang berfokus melibatkan para pelaku industri ekonomi kreatif bersama tim uji petik Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) memutuskan budaya ngopi atau minum kopi di Kota Pontianak menjadi salah satu kekuatan untuk menjadi kota kreatif.

"Budaya ngopi Pontianak unik, karena menjadi ruang bertemunya multietnis dan menunjukkan wajah keberagaman. Hasil diskusi pelaku ekonomi kreatif bersepakat dan menegaskan sajian kopi bersama kudapan yang mewakili kekayaan kuliner dari tiga etnis besar di Pontianak, yakni Melayu, Dayak dan Tionghoa," ujar Penjabat Wali Kota Pontianak Ani Soian di Pontianak, Kamis.

Ia mengatakan layaknya tarian Tionghoa, Dayak dan Melayu (Tidayu), kopi menyatukan kue-kue khas daerah untuk dinikmati. Semuanya diletakkan dalam satu nampan. Filosofi ini diambil dari warung kopi atau coffee shop yang menjadi salah satu ruang publik tempat keberagaman Pontianak hidup.

"Setiap warung kopi dapat berinovasi sesuai dengan pakem tersebut. Paling memungkinkan adalah paket minuman plus kudapan. Kopi andalan tetap dapat disajikan, ditambah kue khas tiga etnis. Sedangkan nampannya bisa dari kreasi produk kriya," ujarnya.

Menurutnya, kearifan yang ada sebenarnya sudah dipraktikkan kedai kopi kota. Beberapa pun menyediakan kudapan yang dapat diambil sendiri, sesuai keinginan konsumen, sehingga tak sulit untuk mewujudkan ide tersebut.

"Saya berterima kasih kepada seluruh aktor ekonomi kreatif Pontianak yang membersamai proses ini dari awal hingga selesai. Apa yang menjadi kesepakatan, akan menjadi pedoman Pemkot Pontianak dalam pengembangan ekonomi kreatif ke depan," kata dia.

Penetapan kuliner sebagai sub sektor ekonomi kreatif kota, bukan berarti mematikan sub sektor lain. Namun, ini untuk menentukan fokus dan membawa sub sektor lain bisa saling mendukung.

"Apa yang dilakukan hari ini, juga upaya Pemkot Pontianak dalam mendukung Rencana Induk Pengembangan Kota Kreatif di Indonesia," sebutnya.

Direktur Infrastruktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf, Oneng Setya Harini mengatakan kekuatan sub sektor kuliner Pontianak terletak pada ekosistem warung kopi. Meski daerah lain memiliki kopi dari hulu sampai ke hilir, mereka tak punya satu hal.

"Ada pembeda, yakni bagaimana kopi menyatukan etnis di Pontianak, itu adalah kekuatannya. Di tempat lain kopi juga ada, bahkan dari hulu sampai hilir," ucapnya.

Ekosistem tersebut tak hanya soal konsumen, tapi juga para pekerjanya dan penitipan kue yang menghidupkan UMKM sekitar.

"Pontianak resmi sudah masuk sebagai Kota Kreatif ke-82 di Indonesia," katanya.


Baca juga: Warung Kopi Pontianak berikan Veddriq hadiah ngopi gratis seumur hidup

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024