Aliansi Perempuan Kalimantan (AlPeKaJe) ikut memberikan perhatian akan pentingnya pangan alternatif bagi daerah sehingga ketahanan pangan bisa hadir di tengah krisis iklim dan lainnya.
"Ketahanan pangan merupakan syarat terpenuhinya ketersediaan pangan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Alternatif pangan penting menjadi perhatian agar ketahanan pangan hadir," kata Ketua AlPeKaJe Kalimantan, Norberta Yati Lantok di Pontianak, Rabu.
Menurut dia, ketahanan pangan dan perubahan iklim merupakan isu penting yang menjadi perhatian para pihak saat ini.
Perubahan iklim memberikan dampak signifikan terhadap sistem pangan global, sehingga mengancam ketahanan pangan, terutama di wilayah-wilayah rentan.
Selain beras, sumber makanan pokok yang dikenal di Indonesia selama ini cukup beragam. Mulai dari jagung, sagu, sampai ubi. Selain itu, ada juga biji sorgum yang menjadi bahan pangan alternatif beras.
"Sorgum merupakan tanaman rumput-rumputan yang masih berkerabat dekat dengan padi dan jagung yang dapat digunakan untuk substitusi beras dengan kandungan gizi yang tinggi. Pengembangan sorgum dalam negeri memiliki peluang substitusi Impor gandum dalam negeri," urainya.
Untuk mencapai potensi pengembangan sorgum, juga diperlukan ketersediaan benih unggul bersertifikat yang mencukupi. Dalam pelaksanaannya, budidaya sorgum ini masih banyak tantangan. Kendala dan permasalahan yang paling mendasar adalah ketersediaan benih sumber dan bersertifikat yang masih terbatas.
"Kerja sama ALPeKaJe dan The Samdhana Institutes terfokus pada penyadaran kepada kelompok perempuan dan masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bijak, kedaulatan dan ketahanan pangan," terangnya.
Untuk di Pontianak, Kalbar agenda yang dilakukan adalah seminar dan promosi pangan alternatif dengan tema pangan alternatif untuk ketahanan pangan di tengah krisis iklim.
"Seminar ini bertujuan untuk membahas berbagai tantangan dalam pengembangan pangan lokal dengan mengeksplorasi sumber pangan alternatif yang dapat meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan, " jelas dia.
Saat seminar, AlPeKaJe menghadirkan narasumber Maria Loretha yang terkenal dengan 'Mama Sorgum' petani berlatar belakang sarjana ilmu hukum yang berkontribusi besar melestarikan sumber daya alam lokal di Flores NTT.
"Saya yakin ke depan sorgum akan menjadi makanan alternatif yang diminati banyak orang. Saya yakin jika di Kalbar, sorgum akan dapat dikonsumsi dan ditanam terutama dengan adanya dukungan dari seluruh pihak, "jelas Maria Loretha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Ketahanan pangan merupakan syarat terpenuhinya ketersediaan pangan yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Alternatif pangan penting menjadi perhatian agar ketahanan pangan hadir," kata Ketua AlPeKaJe Kalimantan, Norberta Yati Lantok di Pontianak, Rabu.
Menurut dia, ketahanan pangan dan perubahan iklim merupakan isu penting yang menjadi perhatian para pihak saat ini.
Perubahan iklim memberikan dampak signifikan terhadap sistem pangan global, sehingga mengancam ketahanan pangan, terutama di wilayah-wilayah rentan.
Selain beras, sumber makanan pokok yang dikenal di Indonesia selama ini cukup beragam. Mulai dari jagung, sagu, sampai ubi. Selain itu, ada juga biji sorgum yang menjadi bahan pangan alternatif beras.
"Sorgum merupakan tanaman rumput-rumputan yang masih berkerabat dekat dengan padi dan jagung yang dapat digunakan untuk substitusi beras dengan kandungan gizi yang tinggi. Pengembangan sorgum dalam negeri memiliki peluang substitusi Impor gandum dalam negeri," urainya.
Untuk mencapai potensi pengembangan sorgum, juga diperlukan ketersediaan benih unggul bersertifikat yang mencukupi. Dalam pelaksanaannya, budidaya sorgum ini masih banyak tantangan. Kendala dan permasalahan yang paling mendasar adalah ketersediaan benih sumber dan bersertifikat yang masih terbatas.
"Kerja sama ALPeKaJe dan The Samdhana Institutes terfokus pada penyadaran kepada kelompok perempuan dan masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bijak, kedaulatan dan ketahanan pangan," terangnya.
Untuk di Pontianak, Kalbar agenda yang dilakukan adalah seminar dan promosi pangan alternatif dengan tema pangan alternatif untuk ketahanan pangan di tengah krisis iklim.
"Seminar ini bertujuan untuk membahas berbagai tantangan dalam pengembangan pangan lokal dengan mengeksplorasi sumber pangan alternatif yang dapat meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan, " jelas dia.
Saat seminar, AlPeKaJe menghadirkan narasumber Maria Loretha yang terkenal dengan 'Mama Sorgum' petani berlatar belakang sarjana ilmu hukum yang berkontribusi besar melestarikan sumber daya alam lokal di Flores NTT.
"Saya yakin ke depan sorgum akan menjadi makanan alternatif yang diminati banyak orang. Saya yakin jika di Kalbar, sorgum akan dapat dikonsumsi dan ditanam terutama dengan adanya dukungan dari seluruh pihak, "jelas Maria Loretha.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024