Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengimbau sekolah, khususnya sekolah dasar (SD) di wilayah itu untuk mewaspadai potensi penularan penyakit gondongan atau parotitis, terutama pada anak.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu, menyebut penyakit itu sangat mudah menular, terutama di lingkungan sekolah, baik melalui percikan air liur atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.
"Penderita cenderung pada kurangnya kebersihan dan penyakit ini sangat mudah menular. Karena itu, imbauan kami untuk yang sakit, sebaiknya tidak masuk sekolah," ujar Endang.
Menurut dia, dari sekitar 169 kasus gondongan di Kota Yogyakarta, sebagian besar merupakan anak-anak SD.
Endang menyebutkan, gondongan ditandai dengan pembengkakan di sekitar rahang atau leher akibat peradangan kelenjar parotis.
"Untuk gejala awal yang muncul antara lain demam, sakit kepala, nyeri saat mengunyah atau menelan, dan nyeri otot," kata dia.
Epidemiolog di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Solikhin Dwi mengatakan terjadi peningkatan kasus gondongan dan diharapkan pihak sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat dalam memantau dan menangani kasus gondongan tersebut.
Jika terjadi peningkatan kasus gondongan, kata dia, diharapkan pihak sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat memantau dan menangani kasus gondongan tersebut.
"Periode akhir September hingga pekan ketiga Oktober 2024 tidak terdeteksi kasus. Namun, pekan ini naik lagi dan jumlah penderitanya 169 orang yang rata-rata diderita oleh anak SD," kata dia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu, menyebut penyakit itu sangat mudah menular, terutama di lingkungan sekolah, baik melalui percikan air liur atau kontak dengan benda yang terkontaminasi.
"Penderita cenderung pada kurangnya kebersihan dan penyakit ini sangat mudah menular. Karena itu, imbauan kami untuk yang sakit, sebaiknya tidak masuk sekolah," ujar Endang.
Menurut dia, dari sekitar 169 kasus gondongan di Kota Yogyakarta, sebagian besar merupakan anak-anak SD.
Endang menyebutkan, gondongan ditandai dengan pembengkakan di sekitar rahang atau leher akibat peradangan kelenjar parotis.
"Untuk gejala awal yang muncul antara lain demam, sakit kepala, nyeri saat mengunyah atau menelan, dan nyeri otot," kata dia.
Epidemiolog di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Solikhin Dwi mengatakan terjadi peningkatan kasus gondongan dan diharapkan pihak sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat dalam memantau dan menangani kasus gondongan tersebut.
Jika terjadi peningkatan kasus gondongan, kata dia, diharapkan pihak sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat memantau dan menangani kasus gondongan tersebut.
"Periode akhir September hingga pekan ketiga Oktober 2024 tidak terdeteksi kasus. Namun, pekan ini naik lagi dan jumlah penderitanya 169 orang yang rata-rata diderita oleh anak SD," kata dia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024