Kalimantan Timur (Kaltim) sudah melaksanakan vaksinasi DBD (Demam Berdarah Dengue) untuk mencegah penyakit itu menjemput maut penderitanya dan tidak ada kasus Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) yang serius pada anak.

Berdasarkan testimoni siswa di Samarinda dan Balikpapan yang mengikuti vaksinasi pada Senin dan Selasa (16-17/2024), sejumlah siswa umumnya mengalami kebas/pegal pada lengan yang akan memudar setelah 1-2 hari.

Kepala Sekolah SDN 004 Balikpapan Utara Suratmi mengatakan setelah setahun vaksinasi DBD pada sebagian besar siswanya, belum ada aduan atau keluhan dari siswa. "Ada yang demam, tetapi setelah diperiksa karena penyakit yang lain."

Dia tidak menafikan bahwa saat sosialisasi ada orang tua/wali yang menolak anaknya divaksinasi. "Hanya beberapa yang tidak mau divaksinasi. Alhamdulillah, mayoritas menerima. Sekolah tidak memaksa."

Baca juga: Dinkes Mataram: Tiga orang meninggal akibat DBD

Namun ada siswa yang tidak divaksinasi terjangkit DBD. Orang tua siswa menyesal mengapa anaknya tidak divaksinasi. "Namun mereka yang berminat vaksinasi, kami arahkan ke puskesmas."

Dari 720 siswa SDN 004 Balikpapan Utara, hanya sekitar 60 anak yang tidak bersedia divaksinasi. Nabilun, kelas 5, mengatakan saat disuntik vaksin DBD terasa sakit, tetapi sesudahnya tidak.

Begitu juga dengan Rasya, kelas 4, mengatakan sakit saat disuntik, kemudian merasa pegal. Putri, kelas 4, juga mengatakan merasa pegal selama 3 hari. "Eh, gak, dua hari."

Ketiganya mengatakan tidak merasa demam dan mual setelah divaksinasi DBD. Kondisi yang sama juga dialami siswa SD, SMP, dan SMA Sekolah Budi Bakti, Samarinda.

Baca juga: Dinkes mengantisipasi peningkatan sejumlah penyakit pada musim hujan

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Jaya Mualimin mengatakan vaksinasi DBD di wilayahnya dilakukan di dua kota tersebut sebagai pilot project untuk menurunkan angka kasus dan terutama menurunkan angka kematian.

Kaltim adalah wilayah pertama di dunia yang melakukan vaksinasi DBD massal yang dibiayai pemerintah secara cuma-cuma. Diakuinya mereka memilih vaksin yang murah dan praktis, karena hanya cukup dua kali vaksinasi dan halal.

Provinsi itu, khususnya di Balikpapan dan Samarinda, termasuk wilayah endemis DBD tertinggi dengan angkat insiden rate masih selalu di bawah target nasional yang 10.000/100.000 kasus. Setiap tahun ada kasus yang menyebabkan kematian.

Baca juga: Dinas Kesehatan Kalbar sosialisasikan pencegahan DBD di sekolah

Proyek percontohan vaksinasi DBD dilakukan pada 15 November 2023. terhadap 9.800 anak SD di Balikpapan dan dilanjutkan pada September 2024 di Samarinda kepada 2.700 siswa SD.

Negara Bagian Selangor melakukan studi banding penangan DBD ke Kaltim, khususnya di Samarinda dan Balikpapan, menyusul meningkatnya kasus kematian di negara bagian Malaysia itu.

Jamaliah Binti Jamaluddin, Selangor State Executive Councillor for Public Health and Environment, di Samarinda, Senin dan Selasa ini mengunjungi SDN 004 Balikpapan Utara. Dia mengatakan kasus DBD di negaranya terus meningkat sehingga perlu penanganan khusus, termasuk kemungkinan melakukan vaksinasi DBD kepada warga secara massal.

Jamaliah, yang datang bersama timnya, mengatakan kasus DBD tahun ini di Selangor sekitar 58 ribu, sementara di seluruh Malaysia sekitar 100 ribu lebih. Kasus meninggal karena DBD di Selangor juga meningkat. Tahun lalu 14 orang, tahun ini naik menjadi 15 orang.

Baca juga: Dinkes Bangka cegah penyebaran penyakit DBD

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024