Jakarta (ANTARA) - Kabar sedih dan mencemaskan terkait penanganan wabah virus corona (COVID-19) di Indonesia dipublikasikan pada Senin (9/3).
Kabar sedih dan mencemaskan itu adalah bertambahnya 13 orang yang positif terjangkit virus itu. Dengan jumlah pada pekan lalu yang baru enam orang, maka awal pekan ini menjadi 19 orang.
"Hari ini jumlah kasus yang terkonfirmasi positif sebanyak 19, penjumlahan dari pasien nomor 01-06," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes sekaligus juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Namun Achmad Yurianto, Selasa menyampaikan beberapa perkembangan baik dari 19 kasus positif COVID-19 di Tanah Air. Yakni, berkurangnya kasus seiring dengan pulihnya dua orang yang selama ini positif.
Ini tentu menggembirakan mengingat di tingkat internasional, wabah ini meluas dengan jumlah orang yang diduga terinfeksi mengalami peningkatan. Berbagai negara masih harus terus berjuang keras menangkal maupun mengatasinya.
Namun, Selasa sore (10/3) ini, Achmad Yurianto juga mengonfirmasi perkembangan pasien positif terpapar virus corona jenis baru di Indonesia bertambah delapan orang dari sebelumnya 19, sehingga tercatat total 27 orang positif COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus konfirmasi positif COVID-19 per 9 Maret 2020 di 104 negara secara global mencapai 3.948. Namun kasus baru di China mencatatkan angka terendahnya, yaitu hanya 45.
Berdasarkan laporan situasi harian WHO yang dikutip di Jakarta, Selasa, kasus baru COVID-19 secara total mencapai 109.577 dengan total 3.809 angka kematian dan 62.512 pasien yang sembuh.
Total kasus di China sebanyak 80.904 dengan kematian 3.123 (23 angka kematian baru). Namun jumlah kasus COVID-19 di China semakin menurun hingga hari ini dengan hanya terjadi kasus baru di dua provinsi di China daratan dan di Hong Kong, dari yang sebelumnya terjadi pada 23 provinsi.
Sementara kasus di China menurun, penyebaran virus COVID-19 gelombang kedua terjadi di luar China dengan total kasus hingga saat ini mencapai 28.673 dengan total 686 kematian (202 kematian baru) di 104 negara. Tiga negara melaporkan kasus COVID-19 pertamanya, yaitu Bangladesh, Albania dan Paraguay.
WHO juga mencatat terjadi penurunan kasus COVID-19 di China dan Korea Selatan. Penurunan itu merupakan salah satu bukti bahwa penularannya baru bisa dikendalikan.
Penangkal
Di tengah kecemasan global, optimisme tampaknya perlu terus dikobarkan untuk mengatasi dan menangkalnya. Tak berlebihan kiranya berkaca dari dua negara tersebut bahwa COVID-19 bisa diatasi.
Selain pemerintah yang sedang berjuang keras mengatasi semakin mengkhawatirkan COVID-19, masyarakat juga berusaha menangkalnya. Ini sesuai harapan bahwa virus ini sebagai persoalan global yang mengatasi dan menangkalnya membutuhkan kerja keras bersama.
Beragam cara dilakukan pemerintah dan masyarakat. Dari upaya sederhana sampai cara yang lebih terorganisasi.
Dari sekedar mengingatkan agar lebih sering mencuci tangan hingga penerapan prosedur dan penyiapan sarana menjaga kesehatan. Inti dari semua itu adalah menjaga dan menciptakan perilaku hidup lebih bersih.
Prinsip umum yang sudah banyak disampaikan para pakar kesehatan dan jajaran di bidang kesehatan adalah dengan perilaku hidup lebih bersih, maka imunitas tubuh juga bisa lebih baik. Kuman dan virus akan mampu menyerang di saat imunitas tubuh tidak optimal.
Dalam konteks memperkuat imunitas tubuh itulah tak sedikit warga melakukan beragam cara untuk menangkal kuman dan virus terutama COVID-19. Misalnya, minum ramuan yang bahannya dari tanaman berjenis obat-obatan.
Sebut saja jahe, kencur, kunyit, temulawak dan sebagainya. Komoditas itu sedang banyak diburu warga DKI Jakarta dan sekitarnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Permintaan pasar yang meningkat drastis memicu kenaikan harga. Salah satunya adalah harga jahe, khususnya jahe merah yang banyak diminati warga.
Diburu
Di Pasar Kemayoran, Jakarta Pusat, misalnya, pedagang rempah-rempah bernama Ade Hikmatullah mengatakan, komoditas jahe merah sedang diburu warga. Padahal pasokan dari Pasar Induk Kramat Jati sedikit.
"Saat ini jahe merah mahal, banyak yang beli, Rp80 ribu, kalau di eceran bisa sampe Rp100 ribu per kilogram. Soalnya di Kramat Jati stoknya udah sedikit, kadang ngambil di Sukabumi di suplier kecil dari tangan ke tangan," kata Ade, Senin (9/3).
Sejak pekan lalu terjadi kenaikan harga rempah-rempah dan tanaman obat-obatan. Temulawak yang harga normalnya Rp12 ribu kini menjadi Rp50 ribu per kg.
"Pas awal corona tuh naik juga, temulawak dari Rp12 ribu jadi Rp50 ribu per kg," kata Ade.
Begitu juga kunyit, sereh dan lengkuas. Harga komoditas tersebut naik tetapi hanya berkisar dua ribu hingga tiga ribu rupiah.
Sedangkan harga jahe merah bertahan Rp100.000 per kg di Pasar Cempaka Putih. Padahal harga sebelum merebak COVID-19 berkisar Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per kg.
Imunitas
Seorang pedagang di Pasar Cempaka Putih, Ahmad Suratmo mengatakan, kenaikan harga jahe merah disebabkan banyaknya pembeli dan stok barang yang langka. Selain jahe merah, harga kunyit juga naik menjadi Rp25.000 dibandingkan harga sebelumnya Rp14.000 per kilogram.
Menurut dia, kenaikan harga kunyit karena dipercaya bisa meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tidak mudah terkena virus corona. Secara turun-temurun, tanaman obat-obatan telah digunakan untuk meningkatkan imunitas.
Jahe merah dan kunyit banyak dibeli oleh ibu rumah tangga untuk dikonsumsi sebagai minuman suplemen penambah stamina. "Banyak banget yang beli, sedangkan barang dagangan lain pembelinya sepi," kata dia.
Di pasar ini, harga temulawak Rp45.000, jahe biasa (putih) Rp40.000 dan sereh Rp16.000.
Selain jahe merah dan kunyit, kayu manis yang dia jual Rp3.000 per bungkus juga banyak peminatnya.
Kayu manis yang dijual dia kemas dalam plastik. Untuk satu plastik berisi tiga sampai empat serpihan batang kayu manis berukuran dua hingga dua setengah sentimeter.
"Lihat di berita kan katanya jahe merah dan kunyit itu bisa membuat badan tahan terhadap virus corona. Jadi saya beli," kata pembeli jahe merah dan kunyit, Siti Julaiha.
Yang sudah banyak diinformasikan ke publik adalah tanaman obat-obatan itu bisa untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan (imunitas) tubuh. Bukan untuk mengobati virus corona karena anti virus itu sampai sekarang belum ditemukan.
Para ahli di berbagai negara di seluruh dunia sedang dikerahkan untuk menemukan obat dan anti virus corona. Tak berlebihan kiranya menyandarkan harapan yang teramat besar atas upaya keras itu agar dalam rentang waktu yang tak terlalu lama bisa memperoleh hasil yang menggembirakan sebelum semakin banyak korban berjatuhan.
Kini yang banyak dilakukan warga adalah mencegah virus itu mampir di tubuh dengan mengonsumsi ramuan dari tanaman obat-obatan yang dipercaya secara turun-menurun mampu untuk meningkatkan imunitas.
Kearifan lokal itu masih dilakoni hari-hari ini. Yang tak kalah penting dari semua itu adalah menjalankan perilaku hidup yang bersih.
Prinsip yang agaknya sudah banyak dipahami warga dan perlu terus didengungkan adalah "mencegah lebih baik daripada mengobati". Protokol kesehatan yang telah dikeluarkan pemerintah juga menggariskan pentingnya pencegahan.
Di tengah perjuangan keras berbagai negara termasuk Indonesia dalam mengatasi dan mengantisipasi wabah corona, WHO pun mengingat semua pihak agar jangan pernah terlambat untuk membalikkan gelombang penularan virus ini.
Arahannya jelas dan tegas, yakni "jangan pernah menyerah".
Korelasi jahe merah dan COVID-19
Rabu, 11 Maret 2020 6:34 WIB