Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan pemerintah sudah menyiapkan peta jalan untuk membantu Indonesia melakukan transisi secara perlahan memasuki fase endemi.
“Sejalan dengan sejumlah negara yang sudah melakukan pencabutan pembatasan COVID-19 dengan berbagai pendekatan, transisi dari pandemi jadi endemi ini juga perlu dilakukan secara bertahap,” kata Reisa dalam Siaran Sehat bertajuk “Siapkah Indonesia Menuju Endemi” yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Reisa menuturkan peta jalan itu akan digunakan untuk melakukan normalisasi dalam aktivitas masyarakat melalui kebijakan pengendalian virus. Dengan menetapkan target keterisian rumah sakit (BOR) ataupun angka kematian tetap berada pada level yang rendah.
Peta jalan itu juga disusun dengan berbagai pertimbangan dan kehati-hatian yang tidak hanya terpaku pada kesehatan dan ilmu sains, namun juga melihat dari berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat seperti sosial, budaya juga ekonomi.
Dari peta jalan itu kemudian terbukti secara perlahan dapat mengendalikan lonjakan kasus COVID-19. Seperti per tanggal 6 Maret 2022, keterisian rumah sakit di Indonesia mulai melandai. Keterisian tempat tidur dan ruang isolasi intensif menjadi 29 persen dari kapasitas secara nasional.
Angka cakupan vaksinasi dosis pertama per 6 Maret 2022 juga sudah menyentuh 92,2 persen meskipun pada dosis lengkap baru 71,03 persen dan cakupan booster masih di bawah 10 persen.
“Kita harapkan itu terus turun dan pemerintah terus mengupayakan tetap terkendali dengan salah satu indikatornya yakni positivity rate yaitu harus di bawah target lima persen,” kata Reisa.
Di sisi lain, Reisa menyoroti agar dapat memasuki masa endemi cakupan vaksinasi hingga peningkatan kapasitas sistem pelacakan juga harus ditingkatkan.
Termasuk adanya kerja sama dari semua pihak menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak agar dapat memutus mata rantai COVID-19.
“Masyarakat juga punya peran untuk memutus mata rantai COVID-19 dan selama ini, kita sudah belajar dua tahun mulai hidup berdampingan dengan adaptasi kebiasaan baru yang kita lakukan setiap hari,” ujar dia.*