Beijing (ANTARA) - Pegunungan Qinling yang membentang sepanjang 500 kilometer di Provinsi Shaanxi berdiri gagah di utara China untuk membagi "jenis" hutan yaitu di bagian utara menjadi hutan gugur dan bagian selatan hutan subtropis yang cenderung lebih hijau.
Dengan puncak tertinggi 3.700 meter dan luas wilayah lebih dari 50.000 km persegi, pegunungan itu juga membagi dua sungai besar yaitu Sungai Yangtze di selatan dan Sungai Kuning di utara, sehingga dikenal sebagai bank gen biologi liar China karena merupakan rumah bagi berbagai macam tumbuhan dan binatang liar.
Data dari pemerintah China menunjukkan pegunungan tersebut merupakan rumah bagi sekitar 3.800 jenis tumbuhan berbiji dan 587 spesies satwa liar, 112 di antaranya mamalia, 418 burung, 39 reptil dan 18 amfibi. Empat binatang endemik di Qinling termasuk panda raksasa Qinling, monyet emas, ibis jambul merah dan "takin" (domba gunung).
Sesungguhnya sejak 1999, Akademi Sains China sudah mengusulkan pendirian suatu taman nasional sebagai sarana penelitian sekaligus konservasi keanekaragaman hayati di Qinling.
Namun baru pada pada 2006, empat lembaga yaitu Pemerintah Provinsi Shaanxi, Akademi Sains China, Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Kota Xi'an sepakat untuk mendirikan Taman Nasional Shaanxi Qinling dan pada 2008 penjajakan untuk mendapat suntikan pendanaan dari pihak luar dilakukan.
Pinjaman dana dengan bunga rendah disepakati berasal dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Global Environment Facility (GEF).
Area proyek pun diperluas menjadi 639 km2 yang terdiri dari 600 km2 area in situ (pelestarian alam yang dilakukan dalam habitat aslinya) seperti Tianyuhe National Wetland Park seluas 12.984 hektar yang juga dapat menjadi tempat "hiking" turis di kawasan pegunungan dan 10 km2 area ex situ (pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya) di kawasan dataran rendah. Area ex situ termasuk Kebun Raya Qinling dan Pusat Penyelamatan Satwa Langka Shaanxi.
Total nilai proyek adalah sebesar 132,64 juta dolar AS (sekitar 950 juta yuan atau Rp2 triliun). Pendanaan berasal dari pinjaman ADB yaitu sebesar 40 juta dolar AS (30,2 persen), hibah dari GEF senilai 4,27 juta dolar AS (3,2 persen) dan anggaran berbagai lembaga pemerintah sebesar 88,37 juta dolar AS (66,6 persen).
Pada 27 September 2017, Taman Nasional Qinling resmi dibuka yang berada di utara pegunungan Qinling, tepatnya di kabupaten Zhouzhi dengan rentang ketinggian hingga 2.417 meter di atas permukaan laut dan menjadi rumah untuk 6.093 spesies tanaman, 154 spesies binatang dan 465 spesies serangga. Kawasan itu juga mencakup area pemukiman baru bagi masyarakat yang memilih untuk pindah dari pegunungan yang masuk dalam wilayah Taman Nasional ke kawasan dataran rendah.
Kebun Raya Qinling
Kebun Raya Qinling memiliki 55 bagian dengan berbagai bentuk dan fungsi misalnya beberapa museum sains seluas 42 ribu meter persegi, rumah kaca, rumah spesimen, kebun Begonia, Bamboo Science Garden, taman mawar, kebun sayur, serta 30 taman lain yang meliputi tanaman dari 204 famili di lahan seluas 1,1 km2, 6 danau buatan, fasilitas turis termasuk lokasi berkemah hingga lapangan parkir.
"Setelah mendapat dukungan dari ADB, konservasi di Kebun Raya Qinling menjadi sangat efektif, jumlah spesies tanaman yang kami miliki bertambah banyak dibanding 4-5 tahun lalu yaitu menjadi 6.093 spesies tanaman dan personel peneliti pun bertambah dari 18 menjadi 30 orang," kata Direktur Kebun Raya Qinling, Zhang Qinling yang kebetulan namanya sama dengan kawasan tersebut meski bukan asli berasal dari Qinling.
Zhang Qinling menyampaikan hal tersebut saat kunjungan Country Director ADB China Safdar Parvez, tim ADB China dan jurnalis pada akhir Oktober 2023.
Data yang dirilis Biro Kehutanan Provinsi Shaanxi juga menunjukkan saat ini tingkat tutupan hutan di Pegunungan Qinling mencapai 82 persen, menjadikannya kawasan paling hijau di negara tersebut. Selain kapasitas konservasi sumber air di Pegunungan Qinling relatif stabil, dengan kapasitas konservasi sumber air dari Sungai "Wild Bull" yang mencapai 278,6 mm pada 2022 dan menjadi sumber air bagi ibu kota provinsi Shaanxi, Xi'an.
Salah satu pengembangan botani yang dilakukan adalah pohon dengan buah samara (buah kering berbiji satu, bersayap, dan tidak merekah) yang memiliki kandungan minyak tinggi, dapat dimakan, bunganya mengandung banyak nektar, sistem akarnya mengikat nitrogen yang memperbaiki kondisi tanah dan kayunya keras sehingga cocok untuk memperbaiki hutan dan kawasan gersang sekaligus bernilai ekonomi tinggi.
Hingga saat ini, taman nasional ini telah melakukan konservasi terhadap 173 famili, 525 marga, dan 4.043 jenis tumbuhan, termasuk 16 jenis tumbuhan liar nasional yang dilindungi.
Selain bermanfaat untuk konservasi, Taman Nasional Qinling, menurut Zhang juga memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Qinling yang sebelumnya hidup miskin.
Tercatat, 15,7 juta orang yang tinggal di Pegunungan Qinling. Dari 38 desa, 21 desa tercatat sebagai kabupaten miskin pada 2018.
Lebih dari 60 persen masyarakat di kawasan itu hidup dengan bertani di daerah perbukitan yang kurang subur ditambah menyebabkan kerusakan lingkungan dan degradasi keanekaragaman hayati yang signifikan.
"Kebun Raya memindahkan sekitar 1.000 orang penduduk yang tadinya ada di kawasan Taman Nasional di pegunungan ke area baru, mereka tadinya tinggal di rumah yang tak layak dan tanah yang juga tidak subur," ungkap Zhang.
Pada masa lalu penduduk di gunung tidak punya mata pencaharian tetap dan hanya berburu serta mengumpulkan tanaman untuk dijual. Namun pemerintah China lalu melarang pemburuan di seluruh China sehingga mereka hanya bertani di ladang yang terjal juga tidak cocok untuk dijadikan lahan bertani sedangkan setelah dipindahkan, mereka dapat hidup dengan layak karena mendapatkan rumah tinggal dengan subsidi pemerintah dan juga dapat bekerja di Kebun Raya.
"Orang-orang gunung tadinya hanya punya pendapatan sekitar 600 yuan (Rp1 juta) per tahun pada 2002, tapi setelah dipindahkan dan punya pekerjaan baru termasuk ada sekitar 200 orang yang bekerja di Kebun Raya pendapatan mereka meningkat bahkan hingga 22 ribu yuan (Rp46 juta) per tahun pada 2022," kata Zhang.
Pendapatan tersebut termasuk dengan deviden dari setiap tiket masuk pengunjung yang datang ke Taman Nasional. Setiap orang yang datang harus membayar tiket 30 yuan (sekitar Rp60 ribu) dan dari nilai tersebut 5 yuan akan diserahkan ke komunitas lokal melalui pemerintah kabupaten sehingga masyarakat juga ikut merasakan manfaat langsung dari pendirian Taman Nasional.
Salah seorang penduduk yang ikut pindah ke permukiman baru adalah Xi Peng Chen (59 tahun). Ia pindah pada 2016 dari rumah tuanya di Desa Jiulong, di dalam pengunungan Qinling. Butuh beberapa jam berjalan kaki untuk sampai ke jalan besar. Di sana ia bekerja serabutan dan pendapatannya hanya beberapa ribu yuan setahun dan tidak memiliki tabungan.
Saat ini, ia bekerja di Kebun Raya Qinling sebagai pengurus kebun sejak awal Kebun Raya berdiri dengan penghasilan lebih dari 4000 yuan (sekitar Rp8,2 juta) sebulan, ia beserta keluarganya tinggal di apartemen empat lantai yang disubsidi pemerintah. Menurut Xi, ada sekitar 300 orang dari desanya yang ikut pindah ke pemukiman baru.
Menurut Xi, pemerintah masih membolehkan warga untuk masuk kawasan Taman Nasional dan bertani bila mereka memiliki lahan pertanian sehingga Xi pun setiap akhir pekan masih mengurus lahan kiwi seluas sekitar 150 meter persegi.
"Saya datang setiap Sabtu atau Minggu dengan naik motor ini," kata Xi sambil menunjukkan motor besar merek Zhongsheng warna abu-abu.
Abang Xi Peng Chen, yaitu Xi Peng Fei (70 tahun) juga ikut pindah ke pemukiman baru. Xi Peng Fei tadinya adalah kepala desa.
"Masalah utama yang dihadapi penduduk desa dulu adalah makanan dan pakaian karena sangat tergantung pada pertanian yang juga sulit dikerjakan sehingga penduduk hanya berharap panen saat cuaca bagus," kata Xi Peng Fei.
Xi menyebut pada tahun 2000, belum ada listrik di desanya. Jalan pun baru dibangun saat Kebun Raya mulai dibangun sehingga ia memutuskan untuk pindah ke pemukiman baru sejak 2005 atau menjadi kloter pertama yang pindah.
Namun Xi tidak bekerja di Kebun Raya karena merasa sudah terlalu tua. Ia masih mendapat uang pensiun sebagai kades pada periode 1992-2002 yaitu sebesar 200-300 RMB (Rp420 ribu - 620 ribu) per bulan. Namun ia juga masih punya lahan untuk menanam kentang organik, walnut, dan sayuran lainnya.
Di pemukiman baru yang dibangun pada 2016 di desa Dianzitou tampak berdiri kokoh jejeran rumah dua lantai dengan luas masing-masing 225 meter persegi dengan 5 kamar tidur. Total ada 162 keluarga yang tinggal di lokasi tersebut dan masing-masing rumah juga dilengkapi dengan teras untuk bertani.
Salah seorang warga yaitu Zhou Yangmin (54 tahun) awalnya memanfaatkan rumah dengan 5 kamar itu sebagai "homestay" untuk turis yang datang ke Taman Nasional.
"Namun setelah anak saya menikah, istrinya ikut tinggal di sini jadi kamar pun dipakai mereka tapi kami senang tinggal di sini karena udara bagus dan tidak perlu bersusah payah untuk bertani demi memperoleh makanan," kata Zhou.
Zhou saat ini bekerja mengurus Kebun Raya dengan pendapatan 4.800 yuan per bulan (sekitar Rp10,2 juta) dan telah memiliki mobil sendiri. Putra dan menantunya juga bekerja di Kebun Raya sehingga pendapatan tahunan keluarga sudah lebih dari 100 ribu yuan (sekitar Rp210 juta)
Country Director ADB di China Safdar Parvez mengatakan Taman Nasional Qinling adalah pionir proyek di bidang keanekaragaman hayati bahkan saat kesadaran mengenai perlindungan alam masih belum banyak dipahami, termasuk di China.
"Proyek ini adalah terobosan baik dari sisi perlindungan lingkungan maupun bentuk pendanaan karena ADB bermitra dengan pihak lain dalam pembangunan Taman Nasional Qinling," kata Safdar Parves pada 26 Oktober 2023.
Dengan menyediakan "tempat aman" bagi sekitar 6.000 spesies tanaman, makan Taman Nasional Qinling, menurut Parves juga berkontribusi pada penanganan perubahan iklim. Parves pun menyebut kebun raya masih tetap terawat meski pendanaan dengan ADB telah selesai pada 2020 lalu, artinya ada kesadaran untuk merawat taman nasional.
"Proyek seperti ini terbilang sulit untuk mendapat pendanaan karena banyak pihak yang mengatakan 'Untuk apa mengurus tanaman dan binatang? Lebih baik membantu orang yang lapar dan miskin atau membangun infrastruktur', tapi sebenarnya dengan investasi ke taman nasional yang dipadu dengan ekowisata juga dapat menghasilkan restorasi ekologi dengan mata pencaharian yang mendukung ekowisata," ungkap Parvez.
Sementara pejabat senior Departemen Asia Timur ADB Niu Zhiming yang ikut membidani kelahiran Taman Nasional Qinling mengatakan proyek tersebut ikut membangun infrastruktur di wilayah tersebut, termasuk jalan sepanjang 18 kilometer sepanjang Sungai Tianyu dan jalan lebih dari 120 kilometer pegunungan serta fasilitas pendukung lain di pedesaan untuk mendukung ekowisata.
"Kegiatan ekowisata dan proyek konservasi memberikan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal, yang pada akhirnya mengurangi tekanan terhadap konservasi lahan dan keanekaragaman hayati," kata Niu Zhiming.
Pada akhirnya, aspek lingkungan dan ekonomi tidak harus saling mengalahkan namun malah dapat berkolaborasi untuk saling mendukung dan menjaga.
Baca juga: Wisata premium tingkatkan kunjungan wisman