Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, menegaskan bahwa pihaknya akan meningkatkan sinergi dengan TNI dan Polri dalam rangka menjalankan arahan Presiden RI terkait peningkatan ketahanan pangan.
"Salah satu target utama yang dicanangkan adalah mewujudkan kemandirian pangan pada 2026 dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor beras," kata Ria Norsan di Pontianak, Rabu.
Ia mengimbau OPD (organisasi perangkat daerah) dan pihak terkait di Pemprov Kalbar agar melakukan langkah nyata dalam mendukung ketahanan pangan, seperti memanfaatkan lahan yang tersedia untuk ditanami padi.
"Selain itu, sistem pengairan yang belum optimal harus segera diperbaiki dengan melibatkan Kementerian PUPR," tuturnya.
Menurutnya, optimalisasi lahan pertanian di Kalbar harus dilakukan secara terstruktur, dengan pengelolaan lahan di atas 3.000 hektare menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, sementara lahan di bawah 3.000 hektare akan dikelola oleh masing-masing kabupaten/kota.
"Perlu saya tegaskan upaya peningkatan produksi padi ini harus terus dikawal bersama, baik oleh pemerintah daerah maupun dengan dukungan berbagai pihak, guna mencapai target ketahanan pangan nasional," katanya.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat bahwa luas panen padi sepanjang Januari-Desember 2024 mencapai 247,21 ribu hektare, meningkat 10,33 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 224,07 ribu hektare.
"Puncak panen pada 2024 terjadi pada bulan Maret, dengan luas panen mencapai 55,47 ribu hektare, naik 20,42 persen dibandingkan Maret 2023," kata Kepala BPS Kalbar, Muh Saichudin.
Selain peningkatan luas panen, produksi padi di Kalbar juga mengalami kenaikan. Sepanjang 2024, produksi padi mencapai 764,78 ribu ton gabah kering giling (GKG), naik 9,21 persen dibandingkan 2023 yang tercatat sebesar 700,29 ribu ton GKG. Produksi tertinggi terjadi pada Maret 2024 dengan capaian 166,66 ribu ton GKG, sedangkan produksi terendah terjadi pada November sebesar 26,36 ribu ton GKG.
Memasuki 2025, tren peningkatan produksi padi diperkirakan terus berlanjut. Pada Januari 2025, luas panen padi tercatat 24,66 ribu hektare, sementara potensi panen pada Februari-April 2025 diperkirakan mencapai 128,89 ribu hektare. Jika proyeksi ini terealisasi, total luas panen pada periode Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 153,55 ribu hektare, meningkat 10,59 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Dari sisi produksi, padi yang dihasilkan pada Januari 2025 diperkirakan mencapai 72,74 ribu ton GKG, sementara potensi produksi Februari-April 2025 mencapai 365,74 ribu ton GKG. Jika terealisasi, total produksi padi pada Januari-April 2025 diproyeksikan mencapai 438,48 ribu ton GKG, naik 3,95 persen dibandingkan 2024.
Beberapa daerah yang mencatat peningkatan produksi padi pada 2024 meliputi Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Bengkayang, dan Kota Singkawang. Sebaliknya, Kabupaten Landak, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Sanggau, dan Kota Pontianak mengalami penurunan produksi.
Tiga daerah dengan produksi padi tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Sambas, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten Landak. Sementara itu, produksi padi terendah tercatat di Kota Pontianak, Kabupaten Melawi, dan Kota Singkawang.
Potensi produksi awal 2025 menunjukkan bahwa Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Landak diperkirakan tetap menjadi daerah dengan produksi padi tertinggi. Sebaliknya, Kota Pontianak, Kota Singkawang, dan Kabupaten Melawi diprediksi masih mencatat produksi padi terendah.