Pontianak (ANTARA) - Sylva Universitas Tanjungpura bersama Lembaga Gemawan menanam 1.000 pohon mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil Kabupaten Mempawah, sebagai bentuk aksi mitigasi perubahan iklim melalui kolaborasi multi-stakeholder.
"Penanaman Mangrove ini bagian dari Rapat Kerja Nasional Sylva Indonesia 2024 dan diinisiasi oleh Gemawan bersama masyarakat setempat dengan metode inovatif menggunakan selongsong bambu. Lokasi yang kita pilih adalah Desa Sungai Bakau Kecil di Kecamatan Mempawah Timur Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat, menjadi saksi nyata aksi lingkungan berkelanjutan melalui penanaman 1.000 pohon mangrove," kata Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia Wahyu Agung di Pontianak, Minggu.
Wahyu Agung menjelaskan bahwa penanaman mangrove ini melibatkan 23 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia, dengan total anggota mencapai 52 perguruan tinggi.
"Selama 65 tahun perjalanan Sylva Indonesia, kami telah melahirkan banyak kader rimbawan yang berperan dalam pengelolaan hutan di Indonesia," tuturnya.
Dia menjelaskan, pihaknya telah menunjukkan aksi nyata mitigasi perubahan iklim sebagai bagian dari tema utama Rakernas.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga mencakup field trip selama enam hari di Pontianak, dengan penanaman 1.000 mangrove dan penggunaan 600 selongsong bambu di desa ini.
"Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh konkret kepada pegiat alam dan aktivis lingkungan bahwa langkah kecil seperti penanaman mangrove ini, hasil kolaborasi antara Sylva Indonesia dan beberapa lembaga, tidak hanya menciptakan warisan tetapi juga merupakan implementasi nyata dari mitigasi perubahan iklim," katanya.
Hermawansyah, Tenaga Sub Professional BRGM RI mengungkapkan rasa bangganya dan merasa terinspirasi oleh semangat generasi muda.
"Pembelajaran dari Desa Sungai Bakau Kecil ini memberikan dorongan semangat kepada pemerintah. Dengan saling menguatkan dan melengkapi, kita bisa mengatasi keterbatasan yang ada," kata Hermawansyah.
Sementara itu, Direktur Gemawan, Laili Khairnur menyampaikan pesan tentang pentingnya kolaborasi.
"Konsep 'everyone is changemaker' menegaskan bahwa setiap orang adalah agen perubahan. Kolaborasi sangat diperlukan karena masalah dunia sangat besar dan tidak mungkin diselesaikan oleh satu pihak saja," kata Laili.
Ia menekankan bahwa setiap individu di sini adalah aktor perubahan, dan kontribusi apapun, jika dilakukan secara kolaboratif, dapat membawa dampak positif untuk Indonesia.
"Kegiatan ini menegaskan komitmen Sylva Untan dan Gemawan terhadap upaya mitigasi perubahan iklim melalui tindakan nyata dan kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak," kata Laili.