Pontianak (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kalimantan Barat (Kalbar) memperkuat literasi tentang kripto dan blokchain menyasar sekitar 100 mahasiswa di Pontianak, Kalbar, agar paham dalam penggunaan aset kripto yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
"Indonesia termasuk di Kalbar telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam adopsi aset kripto. Untuk itulah penting dan memiliki peran strategis untuk meningkatkan literasi tentang hal itu," ujar Kepala OJK Kalbar, Rochma Hidayati di Universitas Tanjungpura Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan berdasarkan laporan Chainalysis tahun 2024, Indonesia menempati peringkat ke-3 dalam Global Crypto Adoption Index di bawah India dan Nigeria.
Data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga mencatat bahwa per Desember 2024, jumlah pelanggan aset kripto meningkat secara persisten hingga mencapai 22,9 juta akun dengan nilai transaksi aset kripto sepanjang tahun 2024 mencapai Rp650,6 triliun atau meningkat 335,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Lonjakan itu tidak hanya mencerminkan semakin luasnya pemanfaatan aset kripto oleh masyarakat, namun juga menegaskan peran strategis Indonesia dalam ekosistem keuangan digital global.
"Berdasarkan data Bappebti pada Desember 2024, dari total seluruh Investor Kripto di Indonesia, sebanyak 5,1 persen di antaranya adalah investor kripto yang berasal dari Kalbar. Hal ini menunjukkan besarnya minat masyarakat Kalbar berinvestasi digital pada instrumen kripto," papar dia.
Ia mengatakan berdasarkan laporan Cryptoliteracy.org tahun 2024 responden global yang benar-benar memahami prinsip dasar aset kripto, sementara di Indonesia, angka tersebut diperkirakan lebih rendah. Oleh karenanya, OJK menempatkan para Pedagang Aset Kripto sebagai aktor yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, khususnya dalam konteks penggunaan aset kripto yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
"Peran strategis tersebut kami tuangkan dalam POJK Nomor 22 Tahun 2023 tentang Pelindungan Konsumen di Sektor Jasa Keuangan yang mengamanatkan bahwa pelaku usaha jasa keuangan (PUJK), termasuk Pedagang Aset Kripto, memiliki kewajiban untuk memberikan edukasi yang memadai kepada konsumen guna memastikan bahwa setiap keputusan investasi dilakukan dengan pemahaman yang komprehensif terhadap manfaat, risiko, dan karakteristik aset kripto," papar dia.
Dengan semakin krusial tingkat literasi keuangan di Indonesia, maka memerlukan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 oleh OJK tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 65,43 persen, sementara tingkat inklusi keuangan telah mencapai 75,02 persen.
"Kesenjangan ini menunjukkan bahwa meskipun akses terhadap layanan keuangan digital semakin luas, pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan, termasuk aset kripto, masih perlu diperkuat," jelas dia.
Sementara itu, Rektor Untan Pontianak yang diwakili oleh Nella Yantiana menyambut baik kegiatan edukasi tentang investasi aman, khususnya kripto dan blockchain yang dihadirkan OJK Kalbar bersama Asosiasi pedagang aset kripto, Asosiasi blockchain Indonesia .
"Hal dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa setiap investasi selalu ada resiko yang mengikuti, kenali investasi dan kenali risikonya," jelas dia.
Ia menambahkan bahwa dengan kegiatan tersebut mahasiswa akan lebih memahami fenomena investasi serta melakukan investasi dengan aman.
"Kemudian di sini juga bahwa untuk investasi di Indonesia pada umumnya itu lebih banyak usia usia menengah. Kami berharap acara ini dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya investasi yang aman dan terjamin," harap dia.