Pontianak (ANTARA) - Demplot budidaya dengan teknologi salinan ibu (salibu) Kabun Edukasi Ayo Bertani, Dinas Tanaman Pangan Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Kalbar mulai panen pertama hingga kedua bisa menghasilkan rata - rata di atas 3 ton hektare.
"Teknologi salibu adalah cara menanam padi dengan mamanfaatkan tunas tumbuh dari batang sisa panen yang telah dipangkas. Kami melalui Kebun Edukasi Ayo Bertani sudah menerapkan dan hasilnya sudah memuaskan mulai panen pertama hingga ke dua di atas 3 ton per hektare," ujar Kepala Dinas TPH Kalbar, Florentinus Anum saat panen di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa budidaya dengan teknologi salibu terdapat sejumlah efisiensi mulai biaya, tenaga dan waktu panen. Hal itu karena masa semai bibit hingga tanam hanya dilakukan sekali, namun bisa panen bisa mencapai tiga sampai empat kali.
"Sekali tanam bisa panen berkali - kali dan produktivitas juga cukup baik di atas 3 ton per hektare. Biaya otomatis murah dan waktu juga bisa hemat 35 hari dibandingkan dengan seperti biasa," katanya.
Untuk jenis padi untuk teknologi salibu bisa saja seperti rokan, maro, hipa, inpari dan lainnya. Perlakuan saja yang menentukan mulai dari pemupukan dan lainnya.
"Untuk tindak lanjut kami terus melakukan uji coba dan memberikan rekomendasi budidaya salibu sehingga bisa maksimal diterapkan petani dalam meningkatkan produksi. Sehingga berdampak pada pendapatan serta kesejahteraan petani," ucap dia.
Sementara itu, Kabid Pangan, Dinas TPH Kalbar, Aswin menambahkan penerapan salibu juga sudah dilakukan petani di Desa Sabaran, Kabupaten Sambas. Menurutnya hasilnya juga memuaskan bisa mencapai 4 ton dan panen kedua capai 5 ton per hektare.
"Kami terus memaksimalkan budidaya salibu dan akan menerapkannya ke petani sehingga petani dalam budidaya padi lebih efektif dan produksi meningkat," katanya.
Terkait aktivitas panen kedua teknologi salibu di Kebun Edukasi Ayo Bertani dihadiri Helena Lahe, (Ketua DWP) Dharma Wanita Persatuan Dinas TPH Kalbar, Sekdis dan sejumlah kepala bidang.