Pontianak, 4/4 (ANTARA) - Ratusan warga Tionghoa Kota Singkawang mengakhiri "Cheng Beng" atau berziarah ke makam orang tua, keluarga maupun leluhur mereka yang telah wafat untuk mengingat segala jasa-jasa almarhum-almarhumah yang telah wafat.
Liu Jun Liong (46) salah seorang peziarah di kompleks pemakaman Tionghoa Pokok Manggis, di Singkawang, Rabu, mengatakan, ia dan keluarganya setiap tahun melakukan ziarah ke makam leluhurnya.
"Walaupun di dunia sudah lama tiada, namun orangtua dan leluhur masih hidup di alam sana. Mereka tetap melihat kami yang masih hidup di dunia sehingga sebagai anak wajib memberikan rasa hormat dan bakti kepada orang tua," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Tao Indonesia (MTI) Kota Singkawang Tjhai Ket Khiong menyatakan, sembahyang "Cheng Beng" merupakan sembahyang wajib bagi seluruh masyarakat Tionghoa untuk mengenang kembali kebajikan dan memberikan penghormatan, baik kepada orangtua maupun para leluhur.
Menurut Tjhai Ket Khiong, sembahyang Cheng Beng dari sudut pandang ajaran Tao lebih mengarah pada pernyataan bakti terhadap orang tua.
(U.A057/
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Liu Jun Liong (46) salah seorang peziarah di kompleks pemakaman Tionghoa Pokok Manggis, di Singkawang, Rabu, mengatakan, ia dan keluarganya setiap tahun melakukan ziarah ke makam leluhurnya.
"Walaupun di dunia sudah lama tiada, namun orangtua dan leluhur masih hidup di alam sana. Mereka tetap melihat kami yang masih hidup di dunia sehingga sebagai anak wajib memberikan rasa hormat dan bakti kepada orang tua," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Tao Indonesia (MTI) Kota Singkawang Tjhai Ket Khiong menyatakan, sembahyang "Cheng Beng" merupakan sembahyang wajib bagi seluruh masyarakat Tionghoa untuk mengenang kembali kebajikan dan memberikan penghormatan, baik kepada orangtua maupun para leluhur.
Menurut Tjhai Ket Khiong, sembahyang Cheng Beng dari sudut pandang ajaran Tao lebih mengarah pada pernyataan bakti terhadap orang tua.
(U.A057/
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012