Pontianak (ANTARA Kalbar) - Manajer Program Kalimantan Barat WWF-Indonesia Hermayani Putera mengatakan upaya konservasi mangrove merupakan bagian dari strategi pihaknya untuk mendorong penyelamatan, pelestarian, dan pengelolaan sabuk hijau Kalbar secara multipihak.
"Secara administratif sabuk hijau ini terletak di banyak kabupaten dari Sambas hingga Ketapang dengan melibatkan aparat penegak hukum seperti kepolisian, TNI AL, swasta, LSM, dan kelompok masyarakat," katanya di Pontianak, Minggu.
Hermayani menjelaskan bahwa tujuan survei dan monitoring yang telah dilakukan pihaknya di Kabupaten Bengkayang belum lama ini dilakukan untuk menegaskan komitmen bersama antara Polisi Air Polda Kalbar dan WWF dalam upaya pengelolaan sabuk hijau Kalbar.
"Kita berharap dalam konteks strategi mitigasi perubahan iklim, konservasi mangrove bisa ikut mencegah risiko bencana berupa abrasi di beberapa titik dari jalur utama jalan lintas utara akibat semakin kuatnya hantaman gelombang air laut," katanya.
Sementara Koordinator Site Paloh, WWF-Indonesia, Dwi Suprapti, mengatakan ada beberapa manfaat dari hutan mangrove. Di antaranya menjaga garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, menahan badai atau angin kencang dari laut, menahan hasil proses penimbunan lumpur.
"Ini memungkinkan terbentuknya lahan baru dan menjadi wilayah penyangga. Ia berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar dan mengolah limbah beracun, serta penghasil O2 dan penyerap CO2," kata Dwi.
Magrove juga memiliki fungsi biologik yang dapat menghasilkan bahan pelapukan sebagai pakan penting bagi plankton sehingga jadi indikator bagi keberlanjutan rantai makanan, tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang, serta tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak burung dan satwa lainnya.
Dari sisi fungsi ekonomik maka mangrove dapat menghasilkan manfaat kayu dan non kayu yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik untuk kayu bakar, bahan makanan, kerajinan, obat-obatan maupun kepariwisataan berbasis mangrove.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Secara administratif sabuk hijau ini terletak di banyak kabupaten dari Sambas hingga Ketapang dengan melibatkan aparat penegak hukum seperti kepolisian, TNI AL, swasta, LSM, dan kelompok masyarakat," katanya di Pontianak, Minggu.
Hermayani menjelaskan bahwa tujuan survei dan monitoring yang telah dilakukan pihaknya di Kabupaten Bengkayang belum lama ini dilakukan untuk menegaskan komitmen bersama antara Polisi Air Polda Kalbar dan WWF dalam upaya pengelolaan sabuk hijau Kalbar.
"Kita berharap dalam konteks strategi mitigasi perubahan iklim, konservasi mangrove bisa ikut mencegah risiko bencana berupa abrasi di beberapa titik dari jalur utama jalan lintas utara akibat semakin kuatnya hantaman gelombang air laut," katanya.
Sementara Koordinator Site Paloh, WWF-Indonesia, Dwi Suprapti, mengatakan ada beberapa manfaat dari hutan mangrove. Di antaranya menjaga garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, menahan badai atau angin kencang dari laut, menahan hasil proses penimbunan lumpur.
"Ini memungkinkan terbentuknya lahan baru dan menjadi wilayah penyangga. Ia berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar dan mengolah limbah beracun, serta penghasil O2 dan penyerap CO2," kata Dwi.
Magrove juga memiliki fungsi biologik yang dapat menghasilkan bahan pelapukan sebagai pakan penting bagi plankton sehingga jadi indikator bagi keberlanjutan rantai makanan, tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang, serta tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak burung dan satwa lainnya.
Dari sisi fungsi ekonomik maka mangrove dapat menghasilkan manfaat kayu dan non kayu yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik untuk kayu bakar, bahan makanan, kerajinan, obat-obatan maupun kepariwisataan berbasis mangrove.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012