Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sungai Kupah mengatakan kawasan mangrove di wilayah Kubu Raya Kalimantan Barat bermanfaat sebagai pengendali banjir, penyaring polutan dan sedimentasi serta meningkatkan perekonomian warga sekitar.
"Tentunya mangrove yang ada di Kubu Raya, khususnya di Sungai Kupah memiliki banyak manfaat yang dapat langsung dirasakan oleh warga sekitar," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sungai Kupah, Rudi Hartono di Sungai Kakap, Senin.
Ia mengatakan lahan mangrove yang ada di wilayahnya seluas 15 hektare dan terus akan bertambah sebab dukungan dari berbagai pihak serta warga setempat.
Di kawasan agrowisata Desa Sungai Kupah, Kecamatan Sungai Kakap, terdapat sekitar lima jenis bakau yakni Avicenia marina, Avicenia lanata, Rhizopora apiculata, Soneratia alba, dan Nypa frutican.
"Warga di sini sudah merasakan manfaatnya, selain bermanfaat untuk lingkungan, mangrove di sisi lain juga meningkatkan perekonomian lewat pemberdayaan kawasan Agro Wisata Sungai Kupah dan kepiting bakau," ujarnya.
Wilayah mangrove di Kubu Raya, khususnya Sungai Kakap dijelaskannya juga memiliki daya tarik tersendiri karena letaknya berhadapan langsung dengan Laut Natuna, sehingga menyajikan pemandangan yang kian memukau saat matahari terbenam.
Hal ini dinilai mampu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara, sebab wilayah Kubu Raya memiliki mangrove dengan spesies langka, antara lain mangrove langka ialah Kandelia candel atau Lenggadai Betina ada di Kubu Raya.
Secara keseluruhan hutan mangrove Kubu Raya mencapai 109.727 hektare atau 67,75 persen dari luas mangrove di Kalimantan Barat dengan memiliki hampir semua jenis bakau, yakni 33 jenis dari 40 jenis bakau yang ada di Indonesia.
Tutupan mangrove di Kecamatan Sungai Kakap, Teluk Pakedai, dan Sungai Raya, seluas 8.771 hektare dengan tutupan lahan bakau di Sungai Kakap terdiri dari 14 spesies yang didominasi oleh vegetasi nipah dan tersebar di 13 desa dari 15 desa pesisir.