Pontianak (ANTARA Kalbar) - Ribuan warga Tionghoa di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, melakukan tradisi mandi tengah hari atau mandi U-Shi, bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 tahun Imlek di Sungai Kapuas yang diyakini bisa membawa keberuntungan dan membuang sial.
"Setiap tahun saya dan keluarga bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 tahun Imlek selalu mandi di Sungai Kapuas Pontianak untuk membuang sial pada diri sendiri dan keluarga," kata Cong Fap Phin (47) salah seorang warga Jalan Ahmad Yani Pontianak, Sabtu.
Cong menjelaskan, tradisi mandi U-Shi sudah dilakukan turun-temurun sejak nenek moyangnya sehingga dia dan keluarga juga turut serta melestarikan budaya leluhurnya itu.
Sebenarnya, menurut dia, mandi U-Shi tidak wajib bagi warga Tionghoa karena memang tidak tertulis dalam agama. "Mandi U-Shi hanya kepercayaan kami saja yang bermanfaat dalam membersihkan diri dan membuang sial," tuturnya.
Menurut dia, selain mandi, dirinya juga menyimpan air Sungai Kapuas yang digunakan untuk mandi U-Shi agar sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mandi kembang dan mengusir roh jahat.
Lie Sau Fat atau XF Asali, seorang tokoh Tionghoa di Pontianak dalam bukunya "Aneka Budaya Tionghoa" menyatakan, kalangan tabib Tionghoa juga menggunakan air sungai yang mengalir antara pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB itu untuk campuran ramuan obat.
Dia mengatakan, tradisi mandi di sungai pada tanggal 5 bulan 5 Imlek itu sudah diwarisi warga Tionghoa secara turun-temurun. Namun selama ini tradisi itu tidak terlalu diketahui banyak orang. Hanya kalangan keluarga yang sudah mengamalkan dan mengetahui dari orang-ornag tua saja yang melakukannya.
Tradisi mandi U-Shi untuk mengenang Qu Yuan seorang pujangga terhormat yang mengakhiri hidupnya dengan cara sangat memilukan yakni terjun ke Sungai Mu luo.
Pujangga (Qu Yuan) yang setia dan berjiwa patriot itu terjun ke Sungai Mu Luo karena merasa kecewa dengan pemerintahan Raja Xiang. Ia diusir dari kerajaan atas hasutan dari sang durjana, Zi Lan. Lalu mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Mu luo.
Sementara masyarakat yang tinggal di sekitar sungai itu khawatir ikan atau udang akan mematuk jenazah Qu Yuan, lalu segera membungkus nasi dengan daun seperti Bakcang dan membuang ke sungai agar jadi makanan ikan dan udang, sehingga jenazah Qu Yuan tetap utuh.
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Setiap tahun saya dan keluarga bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 tahun Imlek selalu mandi di Sungai Kapuas Pontianak untuk membuang sial pada diri sendiri dan keluarga," kata Cong Fap Phin (47) salah seorang warga Jalan Ahmad Yani Pontianak, Sabtu.
Cong menjelaskan, tradisi mandi U-Shi sudah dilakukan turun-temurun sejak nenek moyangnya sehingga dia dan keluarga juga turut serta melestarikan budaya leluhurnya itu.
Sebenarnya, menurut dia, mandi U-Shi tidak wajib bagi warga Tionghoa karena memang tidak tertulis dalam agama. "Mandi U-Shi hanya kepercayaan kami saja yang bermanfaat dalam membersihkan diri dan membuang sial," tuturnya.
Menurut dia, selain mandi, dirinya juga menyimpan air Sungai Kapuas yang digunakan untuk mandi U-Shi agar sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mandi kembang dan mengusir roh jahat.
Lie Sau Fat atau XF Asali, seorang tokoh Tionghoa di Pontianak dalam bukunya "Aneka Budaya Tionghoa" menyatakan, kalangan tabib Tionghoa juga menggunakan air sungai yang mengalir antara pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB itu untuk campuran ramuan obat.
Dia mengatakan, tradisi mandi di sungai pada tanggal 5 bulan 5 Imlek itu sudah diwarisi warga Tionghoa secara turun-temurun. Namun selama ini tradisi itu tidak terlalu diketahui banyak orang. Hanya kalangan keluarga yang sudah mengamalkan dan mengetahui dari orang-ornag tua saja yang melakukannya.
Tradisi mandi U-Shi untuk mengenang Qu Yuan seorang pujangga terhormat yang mengakhiri hidupnya dengan cara sangat memilukan yakni terjun ke Sungai Mu luo.
Pujangga (Qu Yuan) yang setia dan berjiwa patriot itu terjun ke Sungai Mu Luo karena merasa kecewa dengan pemerintahan Raja Xiang. Ia diusir dari kerajaan atas hasutan dari sang durjana, Zi Lan. Lalu mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Mu luo.
Sementara masyarakat yang tinggal di sekitar sungai itu khawatir ikan atau udang akan mematuk jenazah Qu Yuan, lalu segera membungkus nasi dengan daun seperti Bakcang dan membuang ke sungai agar jadi makanan ikan dan udang, sehingga jenazah Qu Yuan tetap utuh.
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012