Lebak (ANTARA Kalbar) - Pengunjung wisata Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, memasuki liburan sekolah meningkat dibandingkan hari-hari normal.
"Saat ini pengunjung yang datang ke sini meningkat dan mereka datang bersama rombongan dengan menggunakan berbagai jenis angkutan," kata Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Sarpin (45), Kamis.
Ia mengatakan, selama ini objek wisata Baduy banyak dikunjungi wisatawan sehubungan tibanya liburan panjang sekolah karena hari-hari biasa tampak sepi pendatang.
Mereka kebanyakan pendatang dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan daerah lainnya di Provinsi Banten.
Pengunjung wisata datang ke sini bersama rombongan perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga instansi swasta dan pemerintah.
Sedangkan, pengunjung berasal dari kalangan keluarga relatif kecil.
"Saya yakin selama dua pekan kunjungan wisata adat Wisata Baduy meningkat," katanya.
Menurut dia, wisata budaya Baduy tentu sangat berbeda dengan wisata pantai, sehingga pengunjung hanya waktu-waktu tertentu saja ramai dipadati pendatang.
Selama ini wisata Baduy tidak mengalami kemajuan pesat, seperti kawasan Carita Pandeglang, terlebih jalan menuju Baduy sebagian kondisinya masih rusak.
"Saya kira wisatawan Baduy yang datang hanya musim liburan sekolah saja," ujarnya.
Ia menyebutkan, saat ini pedagang souvenir, kerajinan khas Baduy dan minuman asli madu laku keras.
Dengan meningkatnya pengunjung tentu dapat mendongkrak perekonomian masyarakat Baduy.
"Saat ini produk kerajinan Baduy di antaranya pakaian tenun, samping, kaos, golok, tas kulit dan minuman madu," ujarnya.
Bambang (35) seorang pengunjung mengaku dirinya sangat tertarik melihat kehidupan masyarakat Baduy yang penuh sederhana itu.
Bahkan, di kawasan Baduy tidak terdapat jalan aspal juga kendaraan motor maupun mobil.
Mereka sangat kuat untuk melestarikan lingkungan alam karena sepanjang melintasi kawasan Baduy banyak pepohonan besar dibiarkan saja.
Dia menjelaskan, dirinya datang ke sini bersama rombongan kampus untuk mengisi liburan panjang dan ingin mengetahui budaya, ekonomi dan sosial masyarakat Baduy.
Selama ini, kata dia, dirinya mengetahui kehidupan Baduy dari sejarah dan informasi media saja.
Akan tetapi, setelah mendatangi langsung tenyata budaya Baduy memberikan kesan tersendiri juga menambah pengetahuan tentang peradaban budaya manusia.
"Kita harus belajar kepada masyarakat Baduy yang hingga kini masih mempertahankan gotong royong, rukun, damai, sederhana serta memiliki kepedulian sosial cukup tinggi," katanya.
(KR-MSR)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Saat ini pengunjung yang datang ke sini meningkat dan mereka datang bersama rombongan dengan menggunakan berbagai jenis angkutan," kata Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Sarpin (45), Kamis.
Ia mengatakan, selama ini objek wisata Baduy banyak dikunjungi wisatawan sehubungan tibanya liburan panjang sekolah karena hari-hari biasa tampak sepi pendatang.
Mereka kebanyakan pendatang dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan daerah lainnya di Provinsi Banten.
Pengunjung wisata datang ke sini bersama rombongan perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga instansi swasta dan pemerintah.
Sedangkan, pengunjung berasal dari kalangan keluarga relatif kecil.
"Saya yakin selama dua pekan kunjungan wisata adat Wisata Baduy meningkat," katanya.
Menurut dia, wisata budaya Baduy tentu sangat berbeda dengan wisata pantai, sehingga pengunjung hanya waktu-waktu tertentu saja ramai dipadati pendatang.
Selama ini wisata Baduy tidak mengalami kemajuan pesat, seperti kawasan Carita Pandeglang, terlebih jalan menuju Baduy sebagian kondisinya masih rusak.
"Saya kira wisatawan Baduy yang datang hanya musim liburan sekolah saja," ujarnya.
Ia menyebutkan, saat ini pedagang souvenir, kerajinan khas Baduy dan minuman asli madu laku keras.
Dengan meningkatnya pengunjung tentu dapat mendongkrak perekonomian masyarakat Baduy.
"Saat ini produk kerajinan Baduy di antaranya pakaian tenun, samping, kaos, golok, tas kulit dan minuman madu," ujarnya.
Bambang (35) seorang pengunjung mengaku dirinya sangat tertarik melihat kehidupan masyarakat Baduy yang penuh sederhana itu.
Bahkan, di kawasan Baduy tidak terdapat jalan aspal juga kendaraan motor maupun mobil.
Mereka sangat kuat untuk melestarikan lingkungan alam karena sepanjang melintasi kawasan Baduy banyak pepohonan besar dibiarkan saja.
Dia menjelaskan, dirinya datang ke sini bersama rombongan kampus untuk mengisi liburan panjang dan ingin mengetahui budaya, ekonomi dan sosial masyarakat Baduy.
Selama ini, kata dia, dirinya mengetahui kehidupan Baduy dari sejarah dan informasi media saja.
Akan tetapi, setelah mendatangi langsung tenyata budaya Baduy memberikan kesan tersendiri juga menambah pengetahuan tentang peradaban budaya manusia.
"Kita harus belajar kepada masyarakat Baduy yang hingga kini masih mempertahankan gotong royong, rukun, damai, sederhana serta memiliki kepedulian sosial cukup tinggi," katanya.
(KR-MSR)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012