Bogor (ANTARA Kalbar) - Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia telah mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina.
"Adapun perihal surat adalah mengenai program pembangunan RS Indonesia di Gaza. Kami memandang perlu untuk menyebarluaskan informasi ini kepada para donatur dan relasi yang sudah menyumbangkan dana dan kepedulian mereka untuk program RS Indonesia di Gaza," kata juru bicara MER-C Indonesia, Joserizal Jurnalis, di Bogor, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa surat kepada Presiden itu dikirimkan pada tanggal 15 Maret 2011 itu, terkait dengan surat yang dikirimkan Kepala Pusat Kerja Sama Kementerian Kesehatan RI yang diterima pihaknya pada 14 Maret, Nomor PR.03.02/2/262//2011, sebagai jawaban atas surat MER-C kepada presiden dengan tembusan kepada Menkes mengenai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pemerintah Indonesia dengan Bank Pembangunan Islam (IDB).
Dalam surat itu disebutkan bahwa pada prinisipnya MER-C mendukung pemerintah Indonesia yang ingin membantu masyarakat Palestina.
"Karena kami yakin semakin banyak bantuan untuk rakyat Palestina, akan semakin baik untuk mereka," katanya.
"Namun, yang kami sesalkan, di sini adalah sikap pemerintah yang 'tidak transparan' dan 'tidak menepati komitmen' yang sudah disepakati sebelumnya. Wacana 'cardiac center' (pusat penanganan penyakit jantung, red.) di Gaza dalam perbincangan interdep yang digelar sepanjang tahun 2009--2010," sebut surat itu.
Disebutkan pula bahwa wacana mengenai Bank Pembangunan Islam (IDB) dilontarkan pertama kali oleh Ketua BKSAP DPR RI Hidayat Nurwahid pada pertemuan 9 Agustus 2010 di Senayan.
Kemudian, muncul lagi pada rapat interdep 26 Agustus 2010. Namun, dalam pembicaraan tersebut IDB dibahas dalam konteks sebagai lembaga yang akan menfasilitasi pengiriman dana pembanguan RS Indonesia yang berasal dari pemerintah Indonesia, dan bukan sebagai pelaksana program.
"Untuk itu, kami menduga keras pembangunan 'cardiac center' yang akan bertempat di komplek RS Shifa (Gaza City) adalah proyek IDB (berupa bangunan belum siap) yang sudah ada sejak sebelum agresi Israel akhir tahun 2008 dan pembangunannya terlantar hingga kini," katanya.
Meski demikian, kata Joserizal, MER-C akan tetap melanjutkan pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara meskipun pemerintah Indonesia "sudah mengalihkan" bantuan dari program itu.
"Hal ini kami lakukan semata-mata dalam rangka menyalurkan amanah dana dari rakyat Indonesia," katanya.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Adapun perihal surat adalah mengenai program pembangunan RS Indonesia di Gaza. Kami memandang perlu untuk menyebarluaskan informasi ini kepada para donatur dan relasi yang sudah menyumbangkan dana dan kepedulian mereka untuk program RS Indonesia di Gaza," kata juru bicara MER-C Indonesia, Joserizal Jurnalis, di Bogor, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa surat kepada Presiden itu dikirimkan pada tanggal 15 Maret 2011 itu, terkait dengan surat yang dikirimkan Kepala Pusat Kerja Sama Kementerian Kesehatan RI yang diterima pihaknya pada 14 Maret, Nomor PR.03.02/2/262//2011, sebagai jawaban atas surat MER-C kepada presiden dengan tembusan kepada Menkes mengenai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pemerintah Indonesia dengan Bank Pembangunan Islam (IDB).
Dalam surat itu disebutkan bahwa pada prinisipnya MER-C mendukung pemerintah Indonesia yang ingin membantu masyarakat Palestina.
"Karena kami yakin semakin banyak bantuan untuk rakyat Palestina, akan semakin baik untuk mereka," katanya.
"Namun, yang kami sesalkan, di sini adalah sikap pemerintah yang 'tidak transparan' dan 'tidak menepati komitmen' yang sudah disepakati sebelumnya. Wacana 'cardiac center' (pusat penanganan penyakit jantung, red.) di Gaza dalam perbincangan interdep yang digelar sepanjang tahun 2009--2010," sebut surat itu.
Disebutkan pula bahwa wacana mengenai Bank Pembangunan Islam (IDB) dilontarkan pertama kali oleh Ketua BKSAP DPR RI Hidayat Nurwahid pada pertemuan 9 Agustus 2010 di Senayan.
Kemudian, muncul lagi pada rapat interdep 26 Agustus 2010. Namun, dalam pembicaraan tersebut IDB dibahas dalam konteks sebagai lembaga yang akan menfasilitasi pengiriman dana pembanguan RS Indonesia yang berasal dari pemerintah Indonesia, dan bukan sebagai pelaksana program.
"Untuk itu, kami menduga keras pembangunan 'cardiac center' yang akan bertempat di komplek RS Shifa (Gaza City) adalah proyek IDB (berupa bangunan belum siap) yang sudah ada sejak sebelum agresi Israel akhir tahun 2008 dan pembangunannya terlantar hingga kini," katanya.
Meski demikian, kata Joserizal, MER-C akan tetap melanjutkan pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara meskipun pemerintah Indonesia "sudah mengalihkan" bantuan dari program itu.
"Hal ini kami lakukan semata-mata dalam rangka menyalurkan amanah dana dari rakyat Indonesia," katanya.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012