Pontianak (ANTARA Kalbar) - Sedikitnya 2.300 pelajar se-Kota Pontianak mengikuti kampanye publik sosialisasi perdagangan orang yang diselenggarakan Polda Kalimantan Barat bersama sejumlah instansi terkait.
Wakil Kepala Polda Kalbar, Kombes Syafaruddin saat membuka acara yang dipusatkan di Pontianak Convention Centre, Jumat sore mengatakan, usia sekolah rawan terhadap ancaman perdagangan orang.
"Mereka diiming-imingi, dibujuk untuk bekerja dengan gaji besar di negeri orang. Modus seperti itu yang kerap dilakukan pelaku," kata dia.
Ia melanjutkan, ada kecenderungan kasus perdagangan orang terus meningkat.
"Dari 32 kasus, menjadi 38 kasus saat ini," ujar dia. Sepuluh kasus diantaranya, dialami oleh usia 18 - 20an tahun.
Nirana Putri Nes Arfita (15) siswi Kelas X SMA Mujahidin Pontianak, mengaku teman sekolahnya ketika duduk di bangku SMP ada yang pernah menjadi tenaga kerja di Malaysia.
"Ada yang berhenti di kelas III SMP karena disuruh orang tuanya bekerja di Malaysia," kata Nirana asal Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau.
Kawan sebayanya itu hanya beberapa bulan bekerja dan memilih melarikan diri untuk pulang kembali ke Sanggau.
"Majikannya galak. Kabur pun susah," kata Nirana.
Ia mengaku tidak mau tergiur dengan janji kerja bergaji tinggi di Malaysia. "Lulus sekolah, pilih kuliah dahulu," kata gadis bertubuh jangkung ini.
Ilfyani Zikri (15) siswi Kelas X SMA Mujahidin Pontianak menilai kampanye publik tentang perdagangan orang itu semakin menambah pengetahuannya.
(T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Wakil Kepala Polda Kalbar, Kombes Syafaruddin saat membuka acara yang dipusatkan di Pontianak Convention Centre, Jumat sore mengatakan, usia sekolah rawan terhadap ancaman perdagangan orang.
"Mereka diiming-imingi, dibujuk untuk bekerja dengan gaji besar di negeri orang. Modus seperti itu yang kerap dilakukan pelaku," kata dia.
Ia melanjutkan, ada kecenderungan kasus perdagangan orang terus meningkat.
"Dari 32 kasus, menjadi 38 kasus saat ini," ujar dia. Sepuluh kasus diantaranya, dialami oleh usia 18 - 20an tahun.
Nirana Putri Nes Arfita (15) siswi Kelas X SMA Mujahidin Pontianak, mengaku teman sekolahnya ketika duduk di bangku SMP ada yang pernah menjadi tenaga kerja di Malaysia.
"Ada yang berhenti di kelas III SMP karena disuruh orang tuanya bekerja di Malaysia," kata Nirana asal Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau.
Kawan sebayanya itu hanya beberapa bulan bekerja dan memilih melarikan diri untuk pulang kembali ke Sanggau.
"Majikannya galak. Kabur pun susah," kata Nirana.
Ia mengaku tidak mau tergiur dengan janji kerja bergaji tinggi di Malaysia. "Lulus sekolah, pilih kuliah dahulu," kata gadis bertubuh jangkung ini.
Ilfyani Zikri (15) siswi Kelas X SMA Mujahidin Pontianak menilai kampanye publik tentang perdagangan orang itu semakin menambah pengetahuannya.
(T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012