Medan (Antara Kalbar) - Warga yang daerahnya sering dilanda banjir diminta untuk waspada terhadap penyakit leptospirosis, mengingat penyakit yang disebabkan adanya kontak dengan urine tikus tersebut, banyak terdapat pada air tergenang pascabanjir.
"Di Sumut belum ada laporan penyakit leptospirosis, namun masyarakat harus tetap waspada. Umumnya, leptospirosis ini terjadi ketika adanya banjir," kata Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Sukarni di Medan Senin.
Penyakit itu, kata dia, merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Leptospira sp, yang disebabkan adanya kontak dengan urine tikus mengandung Leptospira.
Indonesia sendiri termasuk negara dengan insiden tertinggi setelah India, Thailand, Perancis, Amerika Serikat , Brasil, dan Uruguay.
Berdasarkan laporan dari Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, Sumatera Utara termasuk daerah yang telah terjangkit penyakit ini.
"Meski termasuk daerah yang tersebar, namun di Sumut ini belum ada laporan kejadian leptospirosis," katanya.
Risiko penularan ini dapat terjadi pada kelompok pekerjaan seperti petani dan peternak, tukang potong hewan, penangkap/penjerat hewan, dokter/mantri hewan, penebang kayu, pekerja selokan dan pekerja perkebunan.
Selain itu, risiko penularan dapat terjadi ketika melakukan aktivitas berenang di sungai, bersampan, kemping, berburu. Sedangkan kelompok lingkungan seperti anjing piaraan, ternak, genangan air hujan, lingkungan tikus dan banjir.
"Gejala klinisnya, 90 persen mirip influenza. Sedangkan gejala klinis berat, adanya gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, gangguan kesadaran, dan diatesis hemorhagik. Jika tidak ditangani cepat, penyakit ini dapat menyebabkan kematian," katanya.
Selain itu, gejala klinis lainnya seperti demam mual dengan atau tanpa muntah, nyeri otot, injeksi silier (pelebaran pembuluh darah di sekitar limbuws yang berjalan radier), ikterik, sakit kepala, batuk, hepatomegali (pembesaran hati), perdarahan, menggigil, dan splenomegali (pembesaran limpa).
Menurut Sukarni, ada beberapa kebijakan pengendalian penyakit ini, antara lain dengan cara melakukan peningkatan kegiatan surveilans leptospirosis, peningkatan peran serta masyarakat melalui KIE, sosialisasi dan penggalian dana dari masyarakat.
Dengan adanya musim penghujan yang sering melanda Sumut dalam beberapa hari ini, diharapkan kepada seluruh kabupaten/kota untuk tetap mewaspadai penyakit tersebut.
"Kepada masyarakat, jika mengalami gejala-gejala yang sudah dijelaskan tadi, diharapkan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat," katanya.
(Ant News/KR-JRD/H-KWR)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Di Sumut belum ada laporan penyakit leptospirosis, namun masyarakat harus tetap waspada. Umumnya, leptospirosis ini terjadi ketika adanya banjir," kata Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Sukarni di Medan Senin.
Penyakit itu, kata dia, merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Leptospira sp, yang disebabkan adanya kontak dengan urine tikus mengandung Leptospira.
Indonesia sendiri termasuk negara dengan insiden tertinggi setelah India, Thailand, Perancis, Amerika Serikat , Brasil, dan Uruguay.
Berdasarkan laporan dari Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, Sumatera Utara termasuk daerah yang telah terjangkit penyakit ini.
"Meski termasuk daerah yang tersebar, namun di Sumut ini belum ada laporan kejadian leptospirosis," katanya.
Risiko penularan ini dapat terjadi pada kelompok pekerjaan seperti petani dan peternak, tukang potong hewan, penangkap/penjerat hewan, dokter/mantri hewan, penebang kayu, pekerja selokan dan pekerja perkebunan.
Selain itu, risiko penularan dapat terjadi ketika melakukan aktivitas berenang di sungai, bersampan, kemping, berburu. Sedangkan kelompok lingkungan seperti anjing piaraan, ternak, genangan air hujan, lingkungan tikus dan banjir.
"Gejala klinisnya, 90 persen mirip influenza. Sedangkan gejala klinis berat, adanya gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, gangguan kesadaran, dan diatesis hemorhagik. Jika tidak ditangani cepat, penyakit ini dapat menyebabkan kematian," katanya.
Selain itu, gejala klinis lainnya seperti demam mual dengan atau tanpa muntah, nyeri otot, injeksi silier (pelebaran pembuluh darah di sekitar limbuws yang berjalan radier), ikterik, sakit kepala, batuk, hepatomegali (pembesaran hati), perdarahan, menggigil, dan splenomegali (pembesaran limpa).
Menurut Sukarni, ada beberapa kebijakan pengendalian penyakit ini, antara lain dengan cara melakukan peningkatan kegiatan surveilans leptospirosis, peningkatan peran serta masyarakat melalui KIE, sosialisasi dan penggalian dana dari masyarakat.
Dengan adanya musim penghujan yang sering melanda Sumut dalam beberapa hari ini, diharapkan kepada seluruh kabupaten/kota untuk tetap mewaspadai penyakit tersebut.
"Kepada masyarakat, jika mengalami gejala-gejala yang sudah dijelaskan tadi, diharapkan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas terdekat," katanya.
(Ant News/KR-JRD/H-KWR)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013