Jakarta (Antara Kalbar) - Penyair Taufiq Ismail mengungkapkan rahasia dibalik karyanya yang berjudul "Beri Daku Sumba".
Puisi yang menggambarkan indahnya wilayah Sumba itu ternyata dibuat sang maestro pada 1970 tanpa pernah berkunjung ke sana sebelumnya. Dia membuatnya berdasarkan cerita teman dan visualisasi pemandangan Uzbekistan.
"Berawal tahun 68 dari pergaulan saya dengan Umbu Landu Paranggi yang berasal dari Sumba... Dia berkali-kali bercerita tentang Sumba," ujar laki-laki berusia 77 tahun itu ketika membaca puisi pada acara "Beri Daku Sumba" di Jakarta, malam ini.
Taufiq pun menjadi sangat tertarik pada Sumba dan ingin sekali ke sana. Sayang, itu tidak kunjung terwujud, dia justru mengunjungi Uzbekistan.
Di negara pecahan Uni Soviet tersebut, Taufiq menemukan gambaran keindahan. Kuda-kuda, tanah luas, dan juga pantai, persis seperti Sumba yang ada dalam bayangannya selama ini.
Dari situlah dia terinspirasi membuat puisi "Beri Daku Sumba", sebagai perlambang harapan bisa segera mengunjungi pulau di Nusa Tenggara Timur itu. "Jadi itu doa, 'beri aku kesempatan ya Allah untuk berkunjung ke Sumba," ujarnya.
Taufiq akhirnya menginjakkan kakinya di Sumba sekitar 20 tahun setelah puisinya dibuat. Itu adalah satu-satunya pengalaman baginya berkunjung ke sana.
"Tolong didoakan laki-laki berumur 77 tahun ini ingin pergi lagi ke Sumba," demikian Taufif, disambut tawa hadirin.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Puisi yang menggambarkan indahnya wilayah Sumba itu ternyata dibuat sang maestro pada 1970 tanpa pernah berkunjung ke sana sebelumnya. Dia membuatnya berdasarkan cerita teman dan visualisasi pemandangan Uzbekistan.
"Berawal tahun 68 dari pergaulan saya dengan Umbu Landu Paranggi yang berasal dari Sumba... Dia berkali-kali bercerita tentang Sumba," ujar laki-laki berusia 77 tahun itu ketika membaca puisi pada acara "Beri Daku Sumba" di Jakarta, malam ini.
Taufiq pun menjadi sangat tertarik pada Sumba dan ingin sekali ke sana. Sayang, itu tidak kunjung terwujud, dia justru mengunjungi Uzbekistan.
Di negara pecahan Uni Soviet tersebut, Taufiq menemukan gambaran keindahan. Kuda-kuda, tanah luas, dan juga pantai, persis seperti Sumba yang ada dalam bayangannya selama ini.
Dari situlah dia terinspirasi membuat puisi "Beri Daku Sumba", sebagai perlambang harapan bisa segera mengunjungi pulau di Nusa Tenggara Timur itu. "Jadi itu doa, 'beri aku kesempatan ya Allah untuk berkunjung ke Sumba," ujarnya.
Taufiq akhirnya menginjakkan kakinya di Sumba sekitar 20 tahun setelah puisinya dibuat. Itu adalah satu-satunya pengalaman baginya berkunjung ke sana.
"Tolong didoakan laki-laki berumur 77 tahun ini ingin pergi lagi ke Sumba," demikian Taufif, disambut tawa hadirin.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013