Pontianak (Antara Kalbar) - Batalyon Infantri 123 Rajawali secara resmi meninggalkan Provinsi Kalimantan Barat dan mengakhiri masa tugas menjadi Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan selama tujuh bulan terakhir.
Pasukan yang bermarkas di Padang Sidempuan, Sumatera Utara itu, berangkat dari Pelabuhan Dwikora Pontianak, Kamis sore, menggunakan KRI Amboina menuju Pelabuhan Belawan, Medan, dengan perkiraan waktu lima hari.
Komandan Batalyon Infantri (Yonif) 123 Rajawali, Letkol Inf Musa David Hasibuan mengatakan, meski tujuh bulan berada di bumi Khatulistiwa, namun masyarakat Kalbar seolah sudah menjadi bagian dari pasukan yang tergabung dalam Kodam I Bukit Barisan itu.
Ia pun merasa bangga kepada 650 anggotanya yang bertugas di sepanjang perbatasan Indonesia - Malaysia itu. "Kalian bisa membuktikan, bahwa kalian adalah prajurit-prajurit terbaik," ujar Musa David Hasibuan.
Kepala BKKBN Provinsi Kalbar, Dwi Listyawardhani mengaku selama tujuh bulan terakhir telah mendapatkan dukungan yang sangat baik di bidang KB dan kependudukan bersama Yonif 123 Rajawali.
"Berbagai program telah dilakukan bersama-sama, melalui Bhakti Negeri di Lintas Batas," ujar dia. Ia menambahkan, melalui Bhakti Negeri di Lintas Batas, Yonif 123 Rajawali ikut membantu mendukung pelayanan KB.
"Dan tentunya bersama pihak lain seperti Kodam Tanjungpura, pemerintah daerah, maupun yang tidak dapat disebutkan satu persatu," kata Dwi Listyawardani.
Selama tujuh bulan bertugas di perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kalimantan Barat, Yonif 123 Rajawali telah melayani pengobatan 20.353 warga setempat secara gratis.
Menurut Musa David Hasibuan, ada 12 jenis pelayanan kesehatan yang dihadirkan berupa pelayanan dokter umum, sirkumsisi (sunatan), operasi bedah minor, operasi katarak, operasi bibir sumbing, pelayanan KB, pelayanan dokter gigi, pelayanan spesialis THT, spesialis Obgyn (kebidanan dan kandungan), spesialis mata, spesialis penyakit dalam dan spesialis anak.
Di bidang pendidikan, Satgas Rajawali berhasil membuat 18 bangunan "Rumah Rajawali" yang berkonsep "3 in 1". Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sanggar belajar, sanggar kreatif, di dua lokasi diantaranya juga dioperasikan sebagai tempat pendidikan anak usia dini yaitu di Dusun Sei Daun dan Dusun Segumun.
Sedangkan di Dusun Gunjemak, Satgas Rajawali membuat konsep "boarding school" untuk menampung anak anak yang bersekolah di SD Gunjemak. Murid-muridnya berasal dari desa-desa di sekitar Gunjemak.
Sementara di bidang keagamaan, membangun satu mushala di Dusun Sei Tekam Kabupaten Sanggau, dan gereja di Dusun Enteli Kabupaten Sintang.
***1***
T011
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Pasukan yang bermarkas di Padang Sidempuan, Sumatera Utara itu, berangkat dari Pelabuhan Dwikora Pontianak, Kamis sore, menggunakan KRI Amboina menuju Pelabuhan Belawan, Medan, dengan perkiraan waktu lima hari.
Komandan Batalyon Infantri (Yonif) 123 Rajawali, Letkol Inf Musa David Hasibuan mengatakan, meski tujuh bulan berada di bumi Khatulistiwa, namun masyarakat Kalbar seolah sudah menjadi bagian dari pasukan yang tergabung dalam Kodam I Bukit Barisan itu.
Ia pun merasa bangga kepada 650 anggotanya yang bertugas di sepanjang perbatasan Indonesia - Malaysia itu. "Kalian bisa membuktikan, bahwa kalian adalah prajurit-prajurit terbaik," ujar Musa David Hasibuan.
Kepala BKKBN Provinsi Kalbar, Dwi Listyawardhani mengaku selama tujuh bulan terakhir telah mendapatkan dukungan yang sangat baik di bidang KB dan kependudukan bersama Yonif 123 Rajawali.
"Berbagai program telah dilakukan bersama-sama, melalui Bhakti Negeri di Lintas Batas," ujar dia. Ia menambahkan, melalui Bhakti Negeri di Lintas Batas, Yonif 123 Rajawali ikut membantu mendukung pelayanan KB.
"Dan tentunya bersama pihak lain seperti Kodam Tanjungpura, pemerintah daerah, maupun yang tidak dapat disebutkan satu persatu," kata Dwi Listyawardani.
Selama tujuh bulan bertugas di perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kalimantan Barat, Yonif 123 Rajawali telah melayani pengobatan 20.353 warga setempat secara gratis.
Menurut Musa David Hasibuan, ada 12 jenis pelayanan kesehatan yang dihadirkan berupa pelayanan dokter umum, sirkumsisi (sunatan), operasi bedah minor, operasi katarak, operasi bibir sumbing, pelayanan KB, pelayanan dokter gigi, pelayanan spesialis THT, spesialis Obgyn (kebidanan dan kandungan), spesialis mata, spesialis penyakit dalam dan spesialis anak.
Di bidang pendidikan, Satgas Rajawali berhasil membuat 18 bangunan "Rumah Rajawali" yang berkonsep "3 in 1". Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sanggar belajar, sanggar kreatif, di dua lokasi diantaranya juga dioperasikan sebagai tempat pendidikan anak usia dini yaitu di Dusun Sei Daun dan Dusun Segumun.
Sedangkan di Dusun Gunjemak, Satgas Rajawali membuat konsep "boarding school" untuk menampung anak anak yang bersekolah di SD Gunjemak. Murid-muridnya berasal dari desa-desa di sekitar Gunjemak.
Sementara di bidang keagamaan, membangun satu mushala di Dusun Sei Tekam Kabupaten Sanggau, dan gereja di Dusun Enteli Kabupaten Sintang.
***1***
T011
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013