Pontianak (Antara Kalbar) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Kalimantan Barat mendesak konsistensi dan komitmen untuk sektor pertanian dalam masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) koridor Kalimantan.

"Persoalan yang dihadapi petani di Kalbar khususnya, masih belum tuntas yang berdampak pada kesejahteraan mereka," kata Ketua HKTI Provinsi Kalbar, Awang Sofyan Rozali di Pontianak, Senin.

Terutama menyangkut rendahnya produksi dan produktivitas pertanian dan perkebunan rakyat karena terbatasnya jaringan irigasi, kesulitan benih atau bibit unggul, penguasaan lahan serta akses modal yang minim.

Selain itu, lanjut dia, penyuluh yang terbatas, tingginya fluktuasi harga pasar, prasana jalan usaha tani dan industri pengolahan hasil pertanian yang minim, ikut menghambat sektor pertanian Kalbar.

Sedangkan secara komoditas, ada beberapa jenis yang perlu mendapat perhatian khusus yakni sawit, karet, padi dan ternak sapi.

"Di Kalbar, penguasaan lahan untuk sawit oleh perkebunan skala besar membuat perkebunan rakyat semakin termarginalkan," ujar dia.

Ia mencontohkan, ada satu grup perusahaan perkebunan yang dapat menguasi lebih dari 100 ribu hektare lahan. Sedangkan perkebunan yang dikelola rakyat, luasnya berkisar antara satu hingga dua hektare sehingga memicu kesenjangan antara keduanya.

Perusahaan perkebunan pun banyak yang mengalihkan lahannya ke pihak lain meski telah mendapat izin lokasi atau izin usaha perkebunan. "Ada pula perusahaan yang sudah mendapat hak guna usaha, tetapi tidak beroperasi sehingga banyak lahan terlantar. Konflik antara masyarakat dan perusahaan pun kerap terjadi," katanya.

Di Kalbar, belum ada industri hilir yang dapat meningkatkan nilai produk secara signifikan, rendahnya pendapatan asli daerah dari ekspor CPO karena ketiadaan pelabuhan ekspor.

Sementara untuk komoditas karet, terhambat dengan rendahnya mutu bahan olahan karet rakyat. "Sampai saat ini, juga belum ada industri hilir bahan olahan karet rakyat yang mampu meningkatkan nilai produk secara signifikan. Kebun karet rakyat pun banyak yang tidak produktif, karena sudah tua, terserang penyakit, atau varietas tanaman karet lokal yang tidak unggul," kata dia.

Sedangkan untuk padi, masih belum optimal produksinya karena ketersediaan pupuk bersubsidi dan benih unggul yang terbatas, sulitnya mengatur air sesuai kebutuhan pertumbuhan padi, serta sebagian besar lahan basah mempunyai lapisan pirit yang tinggi yang memicu potensi keracunan tanaman.

"Kalau untuk sapi, harus diakui, produksi dan produktivitas masih rendah. Daging sapi sebagian besar masih didatangkan dari luar Kalbar," kata dia.

Selain itu, pedet atau bibit sapi, masih kurang dan mahal serta biaya produksi yang tinggi sehingga menghambat pengembangan peternakan sapi di Kalbar.


Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013