Jakarta (Antara Kalbar) - Bank Indonesia (BI) menyatakan nilai tukar rupiah belum menembus Rp10.000 per dolar AS dan masih diperdagangkan di kisaran Rp9.880 per dolar AS.

"Hari ini kurs rupiah dalam pantauan BI ditransaksikan dalam range Rp9.830 - Rp9.880 per dolar AS. BI sudah masuk ke pasar sehingga kurs rupiah ditutup pada level Rp9.830 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A Johansyah di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, BI akan terus memantau dan menjaga kecukupan likuiditas valas dalam beberapa hari ke depan dan siap menggunakan sejumlah instrumen moneter yang tersedia untuk menstabilkan rupiah.

"Kami punya banyak amunisi, tapi kami evaluasi dulu perkembangan dari hasil intervensi ini. Kami akan gunakan amunisi sesuai kebutuhan yang ada," kata Difi.

Faktor fundamental ekonomi Indonesia yang masih positif menahan pelemahan rupiah lebih dalam terhadap dolar AS pada Selasa ini sehingga hanya melemah 16 poin.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi Rp9.838 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.822 per dolar AS.

"Tekanan rupiah lebih dalam tertahan oleh fundamental ekonomi Indonesia yang positif sehingga rupiah kembali ke level Rp9.800-an per dolar AS," ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova.

Menurut dia, tren pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini lebih disebabkan faktor negatif eksternal menyusul perlambatan ekonomi China.

"Selain China yang pertumbuhannya negatif, rencana penghentian pelonggaran kuantitatif (QE) Amerika Serikat oleh The Fed membuat dolar AS terangkat terhadap mayoritas mata uang dunia," kata dia.

Ia meyakini bahwa pelemahan rupiah hanya bersifat sementara, setelah adanya kejelasan besaran kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi, nilai tukar domestik akan kembali terangkat.

Pewarta: Dody Ardiansyah

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013