Quetta, Pakistan (Antara/AFP) - Sebuah kelompok militan Sunni Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan terhadap sebuah bis yang membawa pelajar putri dan sebuah rumah sakit yang menewaskan sedikitnya 25 orang.
Kelompok Sunni Lashkar-e-Jhangvi mengatakan, seorang wanita penyerang bunuh diri meledakkan bis itu di Quetta, ibu kota provinsi bergolak Baluchistan, menewaskan 14 siswi, pada Sabtu.
Serangan berikutnya sekitar 90 menit kemudian terhadap sebuah rumah sakit yang merawat korban selamat menewaskan sedikitnya 11 orang, dan terjadi tembak-menembak yang lama antara pasukan keamanan dan militan yang menduduki sebagian bangunan itu.
Bentrokan itu berlangsung selama beberapa jam dan berakhir ketika pasukan keamanan menyerbu bangunan tersebut, membebaskan 35 orang yang disandera, kata Menteri Dalam Negeri Chaudhry Nisar.
Abubakar Siddiq, seorang juru bicara Lashkar-e-Jhangvi (LeJ), menghubungi kantor surat kabar di Quetta pada Sabtu larut malam dan mengatakan, pihaknya bertanggung jawab atas serangan-serangan mematikan itu.
"Serangan bunuh diri terhadap bis itu dilakukan oleh salah satu saudari kami. Ia naik bis pelajar itu dan meledakkan dirinya," kata Siddiq.
"Kami kemudian melancarkan serangan bunuh diri kedua ke rumah sakit dan pejuang-pejuang kami membunuh beberapa orang. Kami melakukan hal ini karena pasukan keamanan membunuh pejuang-pejuang kami dan istri mereka di Kharotabad," tambahnya.
Pasukan keamanan Pakistan pada 6 Juni membunuh sedikitnya tiga militan dan dua wanita selama penyerbuan terhadap sebuah rumah di daerah Kharotabad, Quetta. Sejumlah pejabat mengatakan, mereka adalah anggota kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan, yang memiliki hubungan dengan LeJ.
Serangan-serangan itu berlangsung hanya beberapa jam setelah sebuah monumen nasional yang berhubungan dengan bapak pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah, dihancurkan oleh militan separatis di Ziarat, sekitar 80 kilometer sebelah tenggara Quetta, ibu kota Baluchistan.
Sejumlah kelompok militan beroperasi aktif di Baluchistan, provinsi terbesar namun termiskin di Pakistan. Kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan itu.
Separatis Baluchistan mengobarkan kekerasan sejak 2004 untuk menuntut otonomi politik dan pembagian lebih besar dari kekayaan minyak, gas dan mineral di wilayah yang penduduknya dilanda kemiskinan itu.
Kelompok militan Lashkar-e-Jhangvi (LJ) yang terkait dengan Al Qaida juga mengobarkan serangan-serangan terhadap minoritas Syiah, dan beberapa aparat kepolisian di kota itu menyatakan mereka diancam oleh kelompok tersebut.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Kelompok Sunni Lashkar-e-Jhangvi mengatakan, seorang wanita penyerang bunuh diri meledakkan bis itu di Quetta, ibu kota provinsi bergolak Baluchistan, menewaskan 14 siswi, pada Sabtu.
Serangan berikutnya sekitar 90 menit kemudian terhadap sebuah rumah sakit yang merawat korban selamat menewaskan sedikitnya 11 orang, dan terjadi tembak-menembak yang lama antara pasukan keamanan dan militan yang menduduki sebagian bangunan itu.
Bentrokan itu berlangsung selama beberapa jam dan berakhir ketika pasukan keamanan menyerbu bangunan tersebut, membebaskan 35 orang yang disandera, kata Menteri Dalam Negeri Chaudhry Nisar.
Abubakar Siddiq, seorang juru bicara Lashkar-e-Jhangvi (LeJ), menghubungi kantor surat kabar di Quetta pada Sabtu larut malam dan mengatakan, pihaknya bertanggung jawab atas serangan-serangan mematikan itu.
"Serangan bunuh diri terhadap bis itu dilakukan oleh salah satu saudari kami. Ia naik bis pelajar itu dan meledakkan dirinya," kata Siddiq.
"Kami kemudian melancarkan serangan bunuh diri kedua ke rumah sakit dan pejuang-pejuang kami membunuh beberapa orang. Kami melakukan hal ini karena pasukan keamanan membunuh pejuang-pejuang kami dan istri mereka di Kharotabad," tambahnya.
Pasukan keamanan Pakistan pada 6 Juni membunuh sedikitnya tiga militan dan dua wanita selama penyerbuan terhadap sebuah rumah di daerah Kharotabad, Quetta. Sejumlah pejabat mengatakan, mereka adalah anggota kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan, yang memiliki hubungan dengan LeJ.
Serangan-serangan itu berlangsung hanya beberapa jam setelah sebuah monumen nasional yang berhubungan dengan bapak pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah, dihancurkan oleh militan separatis di Ziarat, sekitar 80 kilometer sebelah tenggara Quetta, ibu kota Baluchistan.
Sejumlah kelompok militan beroperasi aktif di Baluchistan, provinsi terbesar namun termiskin di Pakistan. Kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan itu.
Separatis Baluchistan mengobarkan kekerasan sejak 2004 untuk menuntut otonomi politik dan pembagian lebih besar dari kekayaan minyak, gas dan mineral di wilayah yang penduduknya dilanda kemiskinan itu.
Kelompok militan Lashkar-e-Jhangvi (LJ) yang terkait dengan Al Qaida juga mengobarkan serangan-serangan terhadap minoritas Syiah, dan beberapa aparat kepolisian di kota itu menyatakan mereka diancam oleh kelompok tersebut.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013