Jakarta (Antara Kalbar) - Promotor olahraga internasional Raja Sapta Oktohari atau yang akrab dipanggil Okto prihatin dengan renegerasi petinju di Indonesia, sehingga pihaknya kesulitan untuk mengorbitkan ke level yang lebih tinggi seperti Chris John dan Daud "Cino" Yordan.
"Setelah Chris John mungkin langsung ada Daud Yordan, tapi setelah Daud Yordan belum ada lagi. Kita terus berusaha mencari termasuk bekerja sama dengan Pertina," kata Okto di Jakarta, Senin.
Menurut dia, kedua petinju tersebut saat ini memang menjadi andalan Indonesia. Bahkan keduanya sudah menyandang gelar juara dunia di kelas yang berbeda yaitu kelas bulu WBA Super Champions untuk Chris John dan kelas ringan IBO untuk Daud Yordan.
Hanya saja, kata dia, khusus Chris John diperkirakan yang saat ini memegang gelar kelas bulu WBA Super Champions sudah membutuhkan pelapis yang diharapkan mampu memeruskan tradisi menjadi seorang juara dunia.
"Mungkin tinggal dua kali lagi dia (Chris John) naik ring," ucap promotor dengan bendera "Mahkota In Coorporation" ini.
Pria yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini menegaskan, sesuai dengan rencana Chris John akan kembali naik ring Oktober mendatang. Hanya saja untuk lawan dan lokasi pertandingannya hingga saat ini belum ditentukan.
"Habis Lebaran lawannya baru ketahuan. Tunggu saja," ujar promotor yang sukses membawa klub Liga Inggris, Arsenal ke Indonesia itu.
Sebagai seorang promotor, Okto mengaku dirinya tidak serta merta hanya ingin mencari keuntungan semata dari kegiatan yang dilakukan. Namun, pihaknya juga ingin membantu dalam mengembangkan olahraga di Indonesia terutama tinju yang seperti 1980-1990-an.
Demi mencari bibit-bibit petinju yang nantinya akan diorbitkan di level profesional, kata dia, pihaknya akan melakukan kerja sama dengan Pertina serta akan melakukan kerja sama dengan promotor-promotor baru untuk menggelar pertandingan di level nasional.
"Kalau saya sendiri yang mengerjakan tidak akan fokus. Makanya kami ingin bekerja sama dengan pihak lain guna mempersiapkan petinju yang salah satunya dengan memperbanyak pertandingan amatir level nasional," tutur Okto, menjelaskan.
Pada 1990 hingga awal 2000-an kejuaraan tinju amatir dan profesional di Indonesia cukup banyak. Bahkan beberapa stasiun televisi swasta maupun pemerintah berlomba-lomba dalam menyiarkan secara langsung maupun tidak langsung pertandingan adu jotos tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Setelah Chris John mungkin langsung ada Daud Yordan, tapi setelah Daud Yordan belum ada lagi. Kita terus berusaha mencari termasuk bekerja sama dengan Pertina," kata Okto di Jakarta, Senin.
Menurut dia, kedua petinju tersebut saat ini memang menjadi andalan Indonesia. Bahkan keduanya sudah menyandang gelar juara dunia di kelas yang berbeda yaitu kelas bulu WBA Super Champions untuk Chris John dan kelas ringan IBO untuk Daud Yordan.
Hanya saja, kata dia, khusus Chris John diperkirakan yang saat ini memegang gelar kelas bulu WBA Super Champions sudah membutuhkan pelapis yang diharapkan mampu memeruskan tradisi menjadi seorang juara dunia.
"Mungkin tinggal dua kali lagi dia (Chris John) naik ring," ucap promotor dengan bendera "Mahkota In Coorporation" ini.
Pria yang juga Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini menegaskan, sesuai dengan rencana Chris John akan kembali naik ring Oktober mendatang. Hanya saja untuk lawan dan lokasi pertandingannya hingga saat ini belum ditentukan.
"Habis Lebaran lawannya baru ketahuan. Tunggu saja," ujar promotor yang sukses membawa klub Liga Inggris, Arsenal ke Indonesia itu.
Sebagai seorang promotor, Okto mengaku dirinya tidak serta merta hanya ingin mencari keuntungan semata dari kegiatan yang dilakukan. Namun, pihaknya juga ingin membantu dalam mengembangkan olahraga di Indonesia terutama tinju yang seperti 1980-1990-an.
Demi mencari bibit-bibit petinju yang nantinya akan diorbitkan di level profesional, kata dia, pihaknya akan melakukan kerja sama dengan Pertina serta akan melakukan kerja sama dengan promotor-promotor baru untuk menggelar pertandingan di level nasional.
"Kalau saya sendiri yang mengerjakan tidak akan fokus. Makanya kami ingin bekerja sama dengan pihak lain guna mempersiapkan petinju yang salah satunya dengan memperbanyak pertandingan amatir level nasional," tutur Okto, menjelaskan.
Pada 1990 hingga awal 2000-an kejuaraan tinju amatir dan profesional di Indonesia cukup banyak. Bahkan beberapa stasiun televisi swasta maupun pemerintah berlomba-lomba dalam menyiarkan secara langsung maupun tidak langsung pertandingan adu jotos tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013