Jakarta (ANTARA) - Komite Olimpiade Indonesia (NOC) menghormati penundaan Olimpiade Tokyo 2020 yang sebelumnya diputuskan melalui pembicaraan antara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach pada Selasa.
Presiden NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari menyatakan tetap mendukung apapun keputusan yang dihasilkan dan selanjutnya akan memperdalam komunikasi dengan IOC untuk mekanisme teknis penundaan.
"Terkait itu kami tetap mendukung apa yang sudah diputuskan dan kami mau berkomunikasi lebih lanjut untuk teknisnya, itu harus ditanyakan," kata Okto kepada Antara di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, hal teknis yang dimaksud antara lain soal kelanjutan proses kualifikasi apakah masih terus berlanjut atau dihentikan sementara.
Jika mengacu kepada jadwal normal, proses kualifikasi memiliki tenggat pada April. Namun dengan ditundanya Olimpiade hingga tahun 2021, proses kualifikasi masih belum mendapat kejelasan.
"Apakah kualifikasi semuanya ditutup atau nanti bisa kembali dibuka, kalau iya (dibuka) kapan jadwalnya. Lalu metode kualifikasi nanti akan seperti apa," katanya menjelaskan.
NOC Indonesia juga akan mencari kejelasan periode penundaan, mengingat hal tersebut berkaitan dengan sektor pendanaan.
"Yang jelas ini konsekuensinya kan pasti ke anggaran, tapi untuk estimasi (penambahan) anggarannya kami belum tahu karena harus ada perencanaan lagi," pungkas Okto.
Sebelum menyepakati penundaan hari Selasa, pemerintah Jepang dan IOC sempat bersikukuh bahwa Olimpiade Tokyo bisa berlangsung sesuai jadwal. Namun munculnya desakan dan situasi yang masih tak memungkinkan, mendorong kedua belah pihak membuat keputusan secepat mungkin.
"Keputusan (penundaan) ini untuk memastikan kesehatan para atlet dan semua orang yang terlibat di Olimpiade serta komunitas internasional," kata PM Abe dalam laporan Reuters.
Keputusan kedua belah pihak tersebut sekaligus menandai untuk pertama kalinya Olimpiade mengalami penundaan dalam 124 tahun sejarahnya. Sebelumnya Olimpiade pernah dibatalkan akibat dua perang dunia.