Jakarta (Antara Kalbar) - Potensi pengembangan serta memaksimalkan produksi industri karet masih terbuka lebar mengingat produktivitas di Indonesia baru mencapai satu ton per hektar.

"Malaysia sudah memproduksi 1,3 ton per hektare, Thailand 1,9 ton per hektare, sementara kita baru satu ton yang jelas lebih rendah dari mereka," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat, saat membuka Pameran Produk Karet dan Plastik di Jakarta, Selasa.

Hidayat mengatakan, Indonesia memiliki areal karet paling luas di dunia yakni sebesar 3,4 juta hektar yang sebagian besar merupakan milik rakyat dengan produksi karet per tahun mencapai 2,7 juta ton.

Dalam pameran tersebut diikuti oleh 17 perusahaan produk karet, 25 perusahaan produk plastik, serta 3 Balai Penelitian yaitu Balai Besar Kulit dan Plastik (BBKKP) Jogja, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung serta Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) Pasar Rebo.

"Pada sektor industri keret tersebut, tenaga kerja yang diserap dan terkait langsung dengan industri kurang lebih sebanyak 2,1 juta orang," kata Hidayat.

Sementara untuk yang tidak terkait langsung dengan industri karet tersebut, lanjut Hidayat, telah menyerap tenaga kerja kurang lebih sebanyak 100 ribu orang.

"Dengan demikian, hal tersebut merupakan peluang bagi industri karet nasional untuk terus berproduksi maksimal," kata Hidayat.

Meskipun demikian, lanjut Hidayat, masih ada tantangan berupa pembinaan terhadap perkebunan rakyat agar dapat meningkatkan produktivitas.

"Selain itu juga perlu hilirisasi produk 'crumb rubber'dan lateks untuk menjadi produk karet hilir yang bernilai tambah tinggi," ujar Hidayat.

Industri karet dan barang karet di dalam negeri memiliki luas lahan perkebunan karet terluas di dunia dan berdasarkan Kebijakan Industri Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008, Industri karet dan plastik merupakan bagian dari kelompok industri yang diprioritaskan dalam pengembangannya.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013