Surabaya (Antara Kalbar) - Menteri Pertanian Suswono mengemukakan pemerintah harus memprioritaskan program ekstensifikasi lahan pertanian baru di berbagai daerah di luar Pulau Jawa sebagai upaya menjaga ketahanan pangan nasional dan mengatasi defisit lahan produktif.
Ditemui wartawan usai membuka pameran bersama "Agrobisnis, Produk Unggulan Daerah dan Industri Bahari 2014" di Surabaya, Sabtu, Suswono mengatakan setiap tahun lebih dari 100.000 hektare lahan pertanian produktif yang terkonversi untuk keperluan berbagai sektor usaha, seperti industri dan perumahan.
"Sementara kemampuan pemerintah untuk mencetak lahan pertanian baru hanya sekitar 40.000 hektare per tahun, sehingga ada defisit sekitar 60.000 hektare lahan pertanian setiap tahunnya. Kalau hal ini tidak segera diatasi, ketahanan pangan nasional bisa terancam," katanya.
Menurut Suswono, potensi pembukaan lahan pertanian baru di luar Pulau Jawa sebenarnya masih sangat besar, seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
"Memang tingkat kesuburan lahan di luar Jawa tidak sebagus lahan di Pulau Jawa. Tapi, dengan penggunaan teknologi tepat guna, lahan-lahan itu masih bisa ditingkatkan produktivitasnya," tambahnya.
Mentan mengakui konversi lahan pertanian ke sektor lain di Pulau Jawa memang sangat besar dan sulit dihindari, tetapi pemerintah harus mengupayakan penggantian lahan baru agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Saat ini, luas lahan pertanian tanaman padi di seluruh Indonesia sekitar 8,1 juta hektare, sementara luas areal panennya mencapai 13,5 juta hingga 14 juta hektare.
"Thailand saja yang penduduknya hanya sekitar seperempat dari Indonesia, luas areal panen tanaman padinya mencapai 9 juta hektare sehingga setiap tahun mereka selalu surplus beras untuk diekspor," katanya.
Suswono juga mencontohkan Brazil yang dalam beberapa tahun terakhir berhasil membuka lahan pertanian baru seluas sekitar 5 juta hektare, sehingga sektor pertaniannya menjadi lebih kuat.
"Kita sudah punya Undang-Undang Pokok Agraria yang bisa menjadi pegangan untuk pembukaan lahan. Mau tidak mau, kalau ingin pertanian dan ketahanan pangannya kuat, ekstensifikasi lahan adalah solusinya. Selain juga perlunya distribusi lahan kepada petani kecil," ujar Mentan.
Menurut Suswono, saat ini kepemilikan lahan pertanian oleh petani masih sangat kecil, yakni rata-rata hanya 0,3 hektare, dan produktivitas sebagian besar lahan tersebut belum optimal.
"Saya mengusulkan petani diberi akses mengelola lahan pertanian, bukan kepemilikan. Kalau hanya diberi akses, lahan itu tidak akan berubah fungsi, tapi jika lahan diberikan dengan status kepemilikan, suatu saat fungsinya akan berubah dan lahannya habis," papar Suswono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Ditemui wartawan usai membuka pameran bersama "Agrobisnis, Produk Unggulan Daerah dan Industri Bahari 2014" di Surabaya, Sabtu, Suswono mengatakan setiap tahun lebih dari 100.000 hektare lahan pertanian produktif yang terkonversi untuk keperluan berbagai sektor usaha, seperti industri dan perumahan.
"Sementara kemampuan pemerintah untuk mencetak lahan pertanian baru hanya sekitar 40.000 hektare per tahun, sehingga ada defisit sekitar 60.000 hektare lahan pertanian setiap tahunnya. Kalau hal ini tidak segera diatasi, ketahanan pangan nasional bisa terancam," katanya.
Menurut Suswono, potensi pembukaan lahan pertanian baru di luar Pulau Jawa sebenarnya masih sangat besar, seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
"Memang tingkat kesuburan lahan di luar Jawa tidak sebagus lahan di Pulau Jawa. Tapi, dengan penggunaan teknologi tepat guna, lahan-lahan itu masih bisa ditingkatkan produktivitasnya," tambahnya.
Mentan mengakui konversi lahan pertanian ke sektor lain di Pulau Jawa memang sangat besar dan sulit dihindari, tetapi pemerintah harus mengupayakan penggantian lahan baru agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Saat ini, luas lahan pertanian tanaman padi di seluruh Indonesia sekitar 8,1 juta hektare, sementara luas areal panennya mencapai 13,5 juta hingga 14 juta hektare.
"Thailand saja yang penduduknya hanya sekitar seperempat dari Indonesia, luas areal panen tanaman padinya mencapai 9 juta hektare sehingga setiap tahun mereka selalu surplus beras untuk diekspor," katanya.
Suswono juga mencontohkan Brazil yang dalam beberapa tahun terakhir berhasil membuka lahan pertanian baru seluas sekitar 5 juta hektare, sehingga sektor pertaniannya menjadi lebih kuat.
"Kita sudah punya Undang-Undang Pokok Agraria yang bisa menjadi pegangan untuk pembukaan lahan. Mau tidak mau, kalau ingin pertanian dan ketahanan pangannya kuat, ekstensifikasi lahan adalah solusinya. Selain juga perlunya distribusi lahan kepada petani kecil," ujar Mentan.
Menurut Suswono, saat ini kepemilikan lahan pertanian oleh petani masih sangat kecil, yakni rata-rata hanya 0,3 hektare, dan produktivitas sebagian besar lahan tersebut belum optimal.
"Saya mengusulkan petani diberi akses mengelola lahan pertanian, bukan kepemilikan. Kalau hanya diberi akses, lahan itu tidak akan berubah fungsi, tapi jika lahan diberikan dengan status kepemilikan, suatu saat fungsinya akan berubah dan lahannya habis," papar Suswono.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014