Jakarta (Antara Kalbar) - Virus ebola berpotensi masuk ke Indonesia karena negara ini memiliki sejumlah pelabuhan tidak resmi, kata Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kartono Mohammad.
"Potensi virus ebola untuk masuk tetap ada karena banyak pelabuhan tidak resmi, belum lagi imigran gelapnya," kata Kartono di Jakarta, Jumat.
Ia mengemukakan, untuk itu harus ada upaya memproteksi Indonesia dari virus mematikan ini mengingat pemasangan pemindai suhu hanya ditempatkan di bandara udara resmi.
"Jika hanya mengandalkan pemindai suhu tentu tidak cukup, harus ada upaya lebih keras untuk menjaga agar virus ini tidak masuk. Tentunya ini ranah pemerintah," ujar dia.
Ia menerangkan, virus ebola ini sebenarnya jenis penyakit menular biasa namun kecepatan menular yang membedakan virus lain.
Terkait dengan pemahaman masyarakat mengenai virus ini, menurutnya, masih rendah sehingga pemerintah harus aktif memberikan sosialisasi.
"Sosialisasi dan waspada untuk menjaga diri harus ditingkatkan karena lewat cairan saja bisa tertular," kata dia.
Ia mengingatkan pemerintah juga harus memperhatikan TNI berikut tenaga medis yang saat ini bertugas di daerah Afrika untuk kegiatan perdamaian.
"Harus hati-hati jika ada anggota keluarga yang pulang dari luar negeri terus mengalami demam tinggi, sebaiknya tidak usah menunda-nunda untuk dibawa ke rumah sakit," kata dia.
Penyebaran virus ebola di Afrika Barat setidaknya telah menyerang hampir 10.000 orang dan mengakibatkan sekitar 4.600 orang meninggal dunia.
Virus ini tidak hanya melanda Afrika, karena juga dijumpai kasus pertama ebola di Amerika Serikat.
(SDP-68/B. Suyanto)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Potensi virus ebola untuk masuk tetap ada karena banyak pelabuhan tidak resmi, belum lagi imigran gelapnya," kata Kartono di Jakarta, Jumat.
Ia mengemukakan, untuk itu harus ada upaya memproteksi Indonesia dari virus mematikan ini mengingat pemasangan pemindai suhu hanya ditempatkan di bandara udara resmi.
"Jika hanya mengandalkan pemindai suhu tentu tidak cukup, harus ada upaya lebih keras untuk menjaga agar virus ini tidak masuk. Tentunya ini ranah pemerintah," ujar dia.
Ia menerangkan, virus ebola ini sebenarnya jenis penyakit menular biasa namun kecepatan menular yang membedakan virus lain.
Terkait dengan pemahaman masyarakat mengenai virus ini, menurutnya, masih rendah sehingga pemerintah harus aktif memberikan sosialisasi.
"Sosialisasi dan waspada untuk menjaga diri harus ditingkatkan karena lewat cairan saja bisa tertular," kata dia.
Ia mengingatkan pemerintah juga harus memperhatikan TNI berikut tenaga medis yang saat ini bertugas di daerah Afrika untuk kegiatan perdamaian.
"Harus hati-hati jika ada anggota keluarga yang pulang dari luar negeri terus mengalami demam tinggi, sebaiknya tidak usah menunda-nunda untuk dibawa ke rumah sakit," kata dia.
Penyebaran virus ebola di Afrika Barat setidaknya telah menyerang hampir 10.000 orang dan mengakibatkan sekitar 4.600 orang meninggal dunia.
Virus ini tidak hanya melanda Afrika, karena juga dijumpai kasus pertama ebola di Amerika Serikat.
(SDP-68/B. Suyanto)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014