Pontianak (Antara Kalbar) - Pengamat Pendidikan Kalimantan Barat, DR Aswandi mengharapkan rencana pemerintah pusat membangun sekolah terpadu di daerah perbatasan agar bisa dimaksimalkan mengingat kondisi pendidikan di sana yang sangat memprihatinkan.

"Sektor pendidikan di perbatasan Kalimantan Barat dengan negara tetangga Malaysia sangat memprihatinkan dan boleh dikatakan bagai langit dan bumi. Pasalnya banyak fasilitas pendidikan di perbatasan Kalbar sangat tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga," kata Aswandi di Pontianak, Selasa.

Dia mengatakan, pada kunjungannya di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Nanga Badau, Kapuas Hulu beberapa waktu lalu, banyak sekolah yang kondisinya sangat memprihatinkan.

"Saya melihat sendiri, sekolah yang ada di perbatasan kita banyak kursi yang patah, atap yang bocor, sedangkan kondisi sekolah di negara tetangga tidak ada bangku yang patah, genteng yang jebol, seperti langit dengan bumi lah. Kita buminya mereka langitnya khususnya untuk sekolah di perbatasan," tuturnya.

Akibat kondisi tersebut, banyak anak-anak Indonesia yang tinggal di perbatasan lebih memilih untuk bersekolah ke Malaysia karena fasilitasnya lebih baik. Dan itu menurutnya adalah kondisi yang sangat miris, di mana wajah pendidikan Indonesia menjadi sangat memprihatinkan.

Mantan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura itu menambahkan, jika pemerintah benar-benar ingin meningkatkan kualitas pendidikan di daerah perbatasan, maka pembangunan sekolah terpadu menjadi salah satu alternatif yang diharapkan dapat mengubah paradigma pendidikan.

Dia menuturkan, sebenarnya jarak sekolah di perbatasan tidak begitu jauh dengan pemukiman pendidik. Namun karena kondisi geografis yang cukup sulit seperti perbukitan, rawa, dan sungai mengakibatkan anak-anak di perbatasan menjadi kesulitan untuk menjangkau sekolah.

Berdasarkan hal tersebut, jika pemerintah pusat bermaksud membangun sekolah terpadu, perlu juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti asrama untuk para guru dan siswa menginap sehingga tidak perlu melakukan perjalanan jauh untuk bersekolah.

"Kami berharap agar perbaikan pendidikan di perbatasan bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, minimal adanya perbandingan yang mendekati antara kedua negara," tuturnya.

Aswandi menjelaskan sebagian besar masyarakat di daerah di perbatasan bermatapencaharian pada bidang pertanian, sehingga perlu adanya kurikulum lokal untuk di daerah perbatasan yang berkaitan dengan pertanian dan keterampilan yang diarahkan untuk meningkatkan SDM siswa di sana.

"Di daerah perbatasan belum terlihat geliat untuk bersekolah di sana karena guru yang sangat minim, kemudian fasilitas yang kurang mendukung sehingga harus ditingkatkan agar masyarakat mau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum harus ada tambahan seperti muatan lokal maupun keterampilan," katanya.

(KR-RDO/N005)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015