Pontianak (Antara Kalbar) - Sejumlah nelayan di Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat mengakui kesulitan untuk turun ke laut, karena dampak dari semakin tebalnya kabut asap.
"Kami tidak berani melaut jauh ke tengah laut, karena jarak pandang yang sangat pendek akibat kabut asap, sehingga bisa berbahaya bagi keselamatan," kata Jakfar salah seorang nelayan Sukadana, saat dihubungi, Senin.
Ia menjelaskan, akibat semakin tebalnya kabut asap tersebut, pihaknya hanya berani turun kelaut hanya di pinggir-pinggir laut saja, sehingga hasil tangkapan juga jauh berkurang.
"Kalau kami paksakan turun melaut hingga jauh ke tengah, kami khawatir tidak dapat panduan untuk ke daratan karena terbatasnya pandangan mata," ungkapnya.
Akibatnya, para nelayan hanya bisa menangkap ikan dalam jumlah terbatas dan ikan yang ditangkap juga harganya murah dibanding apabila turun ke laut musim cuaca normal, kata Jakfar.
"Sekali melaut kami paling banyak menangkap renjong atau udang sekitar 10 kilogram. Bahkan saya pernah hanya membawa pulang sekitar dua kilogram ikan, sehingga tidak sebanding dengan pengeluaran untuk BBM," ungkapnya.
Menurut Jakfar, dia dan para nelayan lain biasanya berangkat menangkap ikan saat fajar menyingsing atau setelah subuh dan kembali pulang saat petang.
"Namun saat ini kami baru dapat pergi melaut saat matahari mulai terlihat terang yakni sekitar pukul 09.00 WIB atau pukul 10.00 WIB, dan sudah kembali pada pukul 14.00 atau 15.00 WIB, karena kondisi cuaca yang sudah tampak gelap," katanya.
Menurunnya pendapatan sejak hampir satu bulan terakhir ini, dirinya dan para nelayan sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk membantu perekonomian para nelayan karena minimnya pendapatan akibat kabut asap tersebut.
(A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Kami tidak berani melaut jauh ke tengah laut, karena jarak pandang yang sangat pendek akibat kabut asap, sehingga bisa berbahaya bagi keselamatan," kata Jakfar salah seorang nelayan Sukadana, saat dihubungi, Senin.
Ia menjelaskan, akibat semakin tebalnya kabut asap tersebut, pihaknya hanya berani turun kelaut hanya di pinggir-pinggir laut saja, sehingga hasil tangkapan juga jauh berkurang.
"Kalau kami paksakan turun melaut hingga jauh ke tengah, kami khawatir tidak dapat panduan untuk ke daratan karena terbatasnya pandangan mata," ungkapnya.
Akibatnya, para nelayan hanya bisa menangkap ikan dalam jumlah terbatas dan ikan yang ditangkap juga harganya murah dibanding apabila turun ke laut musim cuaca normal, kata Jakfar.
"Sekali melaut kami paling banyak menangkap renjong atau udang sekitar 10 kilogram. Bahkan saya pernah hanya membawa pulang sekitar dua kilogram ikan, sehingga tidak sebanding dengan pengeluaran untuk BBM," ungkapnya.
Menurut Jakfar, dia dan para nelayan lain biasanya berangkat menangkap ikan saat fajar menyingsing atau setelah subuh dan kembali pulang saat petang.
"Namun saat ini kami baru dapat pergi melaut saat matahari mulai terlihat terang yakni sekitar pukul 09.00 WIB atau pukul 10.00 WIB, dan sudah kembali pada pukul 14.00 atau 15.00 WIB, karena kondisi cuaca yang sudah tampak gelap," katanya.
Menurunnya pendapatan sejak hampir satu bulan terakhir ini, dirinya dan para nelayan sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk membantu perekonomian para nelayan karena minimnya pendapatan akibat kabut asap tersebut.
(A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015