Pontianak (Antara Kalbar) - Kalimantan Barat kaya akan sumber daya alam. Namun belum banyak yang diolah dengan baik sehingga mampu menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi.
   
 Salah satu yang sudah mencoba adalah Fatimah. Ia memilih menjadikan pisang sebagai kripik beraneka rasa. Usaha yang dikerjakan di rumah ini, ia namakan "Petty Crab". Tempatnya di Jalan Khatulistiwa Gang Teluk Selamat No 11 Pontianak Utara.
    
Fatimah tidak hanya menjual kripik dari pisang. " Ada keripik talas, singkong, sukun, ikan asin tipis dan ada juga aneka kue kering," ujar Fatimah.
    
Ia menjual kripik untuk oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Kota Pontianak. Beragam rasa yang dihasilkan seperti balado, coklat, jagung bakar, keju, original dan sebagainya.
    
Sudah cukup lama Fatimah bergelut di bisnis kuliner. Tepatnya ketika tahun 1998, saat krisis moneter melanda Indonesia. Semula, ia hanya menjual bubur paddas dan sagon telur. Ia kemudian terus mencoba dan menambah jenis kuliner yang dijual. Termasuklah aneka kripik dan kue kering.
    
Banyak pengalaman dan masukan yang ia peroleh. Seperti bentuk dan kemasan yang kurang menarik. "Saya pernah menawarkan kripik ini ke tetangga, namun malah ditertawakan," ujar Fatimah.
    
Bentuk kripik dan bungkusannya yang kurang menarik, menjadi alasan utama. Namun ia tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk memasarkan melalui mulut ke mulut. Ternyata hasilnya cukup efektif, karena mampu membawa minat pembeli untuk usaha ini.
    
Usaha rumahan dengan omset kotor Rp10 -15 juta/bulan ini, awalnya tidak mendapat tempat di pasaran. Tetapi dari tahun 2011 hingga sekarang 2015 sudah mampu masuk ke minimarket hingga supermarket di Kota pontianak.
    
"Omset bersihnya mungkin hanya Rp2 juta saja diluar gaji karyawan," kata Fatimah. Ia juga sempat bergabung dengan Inkubator Bisnis yang digelar oleh Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat. Disini, ia mendapat berbagai pelatihan dan masukan. Selain itu, ia juga mendapat kesempatan untuk memperluas jaringan dan wawasan.
    
Fatimah yang merintis usaha ini bersama sang suami, terus mencoba meningkatkan kualitas manajemen dan produksi serta pemasaran.     
    
Ia menjual dalam berbagai ukuran. Mulai dari kemasan seharga Rp8 ribu untuk dua ons, hingga Rp80 ribu per kilogram. "Semua tergantung jenis dan bahan," kata dia.
    
Namun ia masih mengalami kendala agar kripik buatannya tahan semakin lama. "Saya masih bingung mencari cara untuk membuat ketahanan keripik ini agar tetap renyah meski di cuaca apapun," ujar Fatimah.
    
Pasalnya, penyimpanan yang baik akan memperoleh ketahanan renyah yang lama hingga 5 bulan. Tetapi jika penyimpanannya di suhu panas maupun lembab, maka ketahanan renyahnya tidak akan lama. "Paling bertahan 3 bulanan," kata dia. Ia pun terus berkreasi agar kripiknya ini semakin dekat di hati konsumen.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015