Cuaca di Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Jumat (26/2) pagi, terasa sejuk setelah diguyur hujan relatif cukup deras pada malam sebelumnya.

Jalanan di kawasan perkebunan PT Kayung Agro Lestari (KAL), anak perusahaan dari PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ) Tbk. pun masih becek. Di sana-sini terlihat serpihan tanah aluvial yang mulai mengering.

Bersama sejumlah jurnalis dari berbagai media cetak lokal dan nasional serta jajaran manajemen PT ANJ dan PT KAL, jadwal pagi itu adalah untuk melihat kawasan konservasi seluas 657 hektare yang terletak di bagian barat areal perkebunan kelapa sawit.

Berdasarkan informasi dari Manajer Konservasi PT KAL Nardiyono, ada puluhan individu orang utan yang berdiam di areal tersebut.

"Sekitar 30 individu yang sudah diberi nama antara 15 dan 17 individu," kata Nardiyono sesaat sebelum masuk ke areal bernilai konservasi tinggi itu.

Areal itu juga berbatasan dengan Hutan Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara. Bertemu orang utan (Pongo pygmaeus) yang liar, mungkin gampang-gampang susah. Pengalaman penulis berkunjung ke beberapa lokasi tempat orang utan berada, belum sekalipun bertemu.

Ketika memasuki kawasan konservasi tersebut, sesaat seperti berada di lain tempat. Berbanding terbalik dengan areal yang sudah ditanami kelapa sawit, tampak lapang oleh deretan pohon yang berjajar rapi.

Di dalam kawasan konservasi "657", deretan pepohonan seolah ditanam secara acak. Jalur yang dilalui masih basah. Selain memang basah karena berada di atas lahan gambut. Banyak pohon-pohon dengan tinggi belasan hingga puluhan meter yang menjulang yang juga menjadi bahan makanan orang utan.

Belum jauh melangkah, sekitar 200 meter, ditemukan sisa sarang orang utan yang terletak di batang pohon yang relatif cukup tinggi. Melihat dari warna daun yang digunakan, sepertinya sudah relatif cukup lama karena daunnya mengering.

Perseroan Terbatas (PT) KAL sudah menyiapkan jalur khusus untuk melintasi kawasan 657 itu. Panjang dari awal hingga akhir jalur sejauh 4,2 kilometer. Di tiap kilometer, ada gazebo sederhana untuk melepas lelah pelintasnya. Saat berhenti di gazebo pertama, Nardiyono mengungkapkan setidaknya ada enam bekas sarang orang utan yang terlihat dari 1 kilometer pertama.


Maharani dan Mirza

Rombongan, termasuk penulis, berjumlah 16 orang. Di 1 kilometer pertama, rombongan masih bersama, belum terpencar. Group Head - Corporate Communication PT ANJ Nunik Maharani Maulana tampak asyik membidik berbagai tanaman yang ada di sekitar lintasan.

Sesekali Nardiyono menjelaskan tanaman yang dimaksud. Di gazebo kedua, rombongan sedikit terpisah waktu tiba. Peluh mulai membasahi tubuh. Meski dipenuhi pepohonan, berjalan di dalam hutan di atas lahan gambut, membuat otot kaki dan paha bekerja cukup ekstra.

General Manager PT KAL Juli W. Purba tampak santai dalam rombongan. Dia mengenakan kaus berkerah warna hijau, bercelana pendek. Kakinya dilindungi sepatu kulit berwarna cokelat. Topi "Oakley" warna putih dan hijau lumut menutupi kepalanya yang mulai dipenuhi rambut putih. Tidak tampak keringat di baju hijaunya.

Setelah beristirahat sejenak sambil menikmati langsat, rambutan, dan jeruk dari kebun Yohanes Terang, seniman lingkungan di Desa Laman Satong, rombongan beranjak kembali.

Sama seperti sebelumnya, lintasan yang dilalui juga dipenuhi rerumputan hutan, pepohonan yang menjulang. Bekas sarang orang utan masih terlihat di beberapa pohon yang terletak tidak jauh dari track.

Jarak antargazeobo ditempuh dalam waktu yang bervariasi, antara 30 dan 45 menit. Di gazebo ketiga, ada rombongan yang melanjutkan perjalanan karena hendak mengejar penerbangan menuju Banten via Pontianak.

Menu untuk bekal, masih sama seperti di dua gazebo sebelumnya. Lapar dan haus mewarnai perjalanan. Untung ada bekal dari Yohanes Terang.

Setengah perjalanan, Nardiyono berkata,"Ada orang utan."

Kebetulan rombongan sudah terbagi dengan sendirinya. Penulis berada di rombongan belakang. Mendengar ucapan Nardiyono, semua bergegas sambil bergerak menuju arah yang disampaikan. Mirza, dari AP Post, mencoba membidik menggunakan kamera SLR-nya meski tak dilengkapi tele.

Tampak satu individu orang utan betina tengah bergelayut di ujung pohon. Dia berpencar dengan anaknya. Mirza cukup beruntung, baru satu kali "berburu" orang utan, sudah bertemu.

Staf konservasi PT KAL mendata orang utan tersebut. Menurut Nardiyono, ini individu baru yang belum diberi nama.

Group Head - Corporate Communication PT ANJ Nunik Maharani Maulana mengusulkan nama tengahnya untuk menamai orang utan betina itu. Mengingat huruf depan induk dan anak harus sama, sang anak diberi nama Mirza.

Pada tahun 2014, Nardiyono pernah menemani owner PT ANJ George Tahija untuk memotret orang utan di kawasan 657. Sekitar 3 jam mereka berdua di kawasan itu, sementara jajaran manajemen lainnya disuruh menunggu di gazebo keempat atau terakhir.


Diselamatkan Orang Utan

Semula, kawasan 657 masuk dalam areal yang bakal ditanami kelapa sawit. General Manager PT KAL Juli W. Purba menuturkan bahwa kawasan itu sebetulnya sudah dalam tahap "blocking". Blocking adalah pemetaan dan pembagian areal untuk dijadikan blok-blok tertentu.

Sejumlah alat berat mulai membersihkan parit di kawasan itu sebelum dibuatkan jalan untuk persiapan "land clearing". Namun, salah seorang pekerja melaporkan telah melihat sarang orang utan. Pihak manajemen langsung sigap. Owner PT ANJ pun memerintahkan agar "blocking" dihentikan.

Areal itu pun kemudian dijadikan kawasan konservasi bernilai tinggi (high conservation value). Perseroan Terbatas KAL menempatkan manajer khusus untuk konservasi.

Nardiyono, sang manajer dibantu dua orang staf. Dia juga didukung oleh Tim Satgas Konservasi yang berjumlah delapan orang. Tugas utamanya adalah memastikan fungsi kawasan berjalan sesuai dengan semangat konservasi.

Perseroan Terbatas KAL mempunyai areal seluas 17.998 hektare. Kebun inti 9.937 hektare, plasma 2.709 hektare, dan 3.844 hektare untuk kawasan konservasi. Sisanya untuk emplasment dan enclave.

"Sekitar 21 persen lahan yang kami peroleh untuk kawasan konservasi. Ini menunjukkan keseriusan kami," kata Juli W. Purba.

Dari 3.844 hektare kawasan konservasi, 657 berada di sebelah barat, sedangkan sisanya di sisi selatan areal perkebunan. Di sini ada setidaknya 90 individu orang utan.

Bersama BKSDA dan YIARI, ada 11 orang utan translokasi dari lahan masyarakat ke areal konservasi 2.330 hektare PT KAL selama September sampai dengan Desember 2015.

Perseroan Terbatas KAL pun menyediakan koridor untuk menghubungkan kawasan konservasi mereka dengan hutan desa setempat sehingga daya jelajah orang utan pun makin luas.

Juli W. Purba dan Nardiyono mengakui tidak mudah meyakinkan LSM lingkungan mengenai niat konservasi PT KAL. "Mereka menilai itu hanya taktik perusahaan belaka. Akan tetapi, berkat keseriusan perusahaan, mereka akhirnya mau bekerja sama," kata Nardiyono yang pernah bergabung dengan Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF) di Kalimantan Timur.

Perseroan Terbatas KAL pun berupaya mendapat legalitas kawasan konservasi seluas 2.330 hektare sebagai tempat habitat orang utan. Dengan demikian, apa yang mereka lakukan untuk menyelamatkan orang utan, mendapat legalitas secara hukum dan tak bermasalah di kemudian hari.

(T011/D007) 

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016