Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, Pitono menyatakan sepanjang bulan Maret di Kota Pontianak terjadi deflasi sebesar 0,08 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 130,56.
"Penyumbang terbesar hingga terjadi deflasi di Kota Pontianak sepanjang Maret 2016, yakni dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan minus sebesar 2,36 persen, dan disusul oleh kelompok, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar minus 0,05 persen," kata Pitono saat menyampaikan berita resmi statistik di Pontianak, Jumat.
Sementara itu, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, yakni kangkung, kentang, pepaya, ikan bawal, sayur kacang panjang, jeruk, tarif listrik, udang basah, telur ayam ras, dan angkutan udara.
Untuk kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,59 persen; sandang 0,36 persen; kesehatan 0,20 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,03 persen.
"Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, diantaranya bawang merah, cabai rawit, ikan kembung, minyak goreng, daging ayam ras, sawi hijau, daging sapi, dan wortel," ungkapnya.
Pitono menambahkan, tingkat inflasi tahun kalender Maret 2016 sebesar 0,62 persen, dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) sebesar 4,93 persen.
Sementara perbandingan antara kota di Indonesia sepanjang Maret 2016 dari 82, tercatat 58 kota mengalami inflasi, dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Bukittinggi sebesar 1,18 persen, dan terendah di Kota Singkawang sebesar 0,02 persen.
"Deflasi tertinggi di Kota Tanjung Pandan minus sebesar 1,22 persen, dan terendah di Kota Mamuju minus sebesar 0,02 persen," ujarnya.
Perbandingan inflasi di antar kota di Pulau Kalimantan, tertinggi di Kota Samarinda sebesar 0,44 persen; disusul Tanjung 0,17 persen; Banjarmasin 0,14 persen; Tarakan 0,09 persen; dan Singkawang 0,02 persen.
"Untuk deflasi tertinggi di Kota Sampit minus 0,34 persen; disusul Pontianak minus 0,08 persen, dan terendah di Kota Balikpapan dan Palangkaraya masing-masing minus 0,04 persen," kata Pitono.
(U.A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Penyumbang terbesar hingga terjadi deflasi di Kota Pontianak sepanjang Maret 2016, yakni dari kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan minus sebesar 2,36 persen, dan disusul oleh kelompok, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar minus 0,05 persen," kata Pitono saat menyampaikan berita resmi statistik di Pontianak, Jumat.
Sementara itu, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, yakni kangkung, kentang, pepaya, ikan bawal, sayur kacang panjang, jeruk, tarif listrik, udang basah, telur ayam ras, dan angkutan udara.
Untuk kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,59 persen; sandang 0,36 persen; kesehatan 0,20 persen; pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,03 persen.
"Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, diantaranya bawang merah, cabai rawit, ikan kembung, minyak goreng, daging ayam ras, sawi hijau, daging sapi, dan wortel," ungkapnya.
Pitono menambahkan, tingkat inflasi tahun kalender Maret 2016 sebesar 0,62 persen, dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) sebesar 4,93 persen.
Sementara perbandingan antara kota di Indonesia sepanjang Maret 2016 dari 82, tercatat 58 kota mengalami inflasi, dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Bukittinggi sebesar 1,18 persen, dan terendah di Kota Singkawang sebesar 0,02 persen.
"Deflasi tertinggi di Kota Tanjung Pandan minus sebesar 1,22 persen, dan terendah di Kota Mamuju minus sebesar 0,02 persen," ujarnya.
Perbandingan inflasi di antar kota di Pulau Kalimantan, tertinggi di Kota Samarinda sebesar 0,44 persen; disusul Tanjung 0,17 persen; Banjarmasin 0,14 persen; Tarakan 0,09 persen; dan Singkawang 0,02 persen.
"Untuk deflasi tertinggi di Kota Sampit minus 0,34 persen; disusul Pontianak minus 0,08 persen, dan terendah di Kota Balikpapan dan Palangkaraya masing-masing minus 0,04 persen," kata Pitono.
(U.A057/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016