Pontianak (Antara Kalbar) - Cargill, induk perusahaan PT Harapan Sawit Lestari dan Poliplant Group, mendukung upaya pemberdayaan perempuan untuk mengubah keluarga dan komunitasnya.
    Di lingkungan perkebunan perusahaan, terdapat sejumlah figur perempuan yang dapat menjadi inspirasi bagi perempuan lain di Indonesia. Misalnya, Siti Jamiah, 49, salah satu dari 1.556 pekerja bagian perawatan di PT Harapan Sawit Lestari (HSL).
    Pekerjaan rutinnya setiap hari dimulai pada pukul 6 pagi, ketika ia membersihkan dan mencuci kantong-kantong pupuk yang telah digunakan di lapangan. Ia mencuci kira-kira 100 kantong pupuk dalam satu hari.
    Sebagai seorang wirausaha, Siti memiliki kebun buah dan sayur seluas 400 meter persegi, yang ditanami sayuran hijau, kacang panjang, bayam, moster, singkong dan jeruk limau.Ia bekerja bersama seorang pedagang lokal untuk menjual hasil pertaniannya yang segar di pasar terdekat.
    Dengan gajinya setiap bulan sebagai pekerja bagian perawatan dan keuntungan dari penjualan sayuran, Siti telah berhasil membangun rumah yang cukup besar untuk seluruh keluarganya.Rumah dengan enam kamar tidur yang berlokasi di kampung halamannya di Banyuwangi, Jawa Timur, adalah tempat anak-anak dan orang tuanya tinggal.
    Siti Jamiah mulai menanam sayuran pada tahun 2006 sebagai sumber pendapatan tambahan untuk keluarga. Ia mendapat tambahan pendapatan bulanan sekitar Rp500 ribu sampai Rp2 juta (sekitar 38 dolar AS - 152 dolar AS) dari sayuran. Ia bahkan dapat merencanakan untuk menyekolahkan anaknya yang berusia 7 tahun sampai ke jenjang universitas.
    Anak laki-laki Siti adalah pelajar kelas satu di Yayasan Masa Depan Cerah, sementara anak perempuannya yang berusia 23 tahun merupakan lulusan SMA dan mendapatkan pekerjaan pertamanya di HSL sebagai staf agronomi untuk melakukan pengujian progeni, dan pengendalian hama dan penyakit.
    Ketua Yayasan Masa Depan Cerah Cargill, Christine Ekawati, adalah seorang yang mempercayai bahwa pendidikan adalah kunci pemberdayaan. "Pendidikan itu penting agar perempuan berhasil dalam pekerjaan dan biasanya dalam kehidupan. Lebih dari setengah guru-guru di yayasan kami adalah perempuan, dan kami mempunyai rasio setara antara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa perempuan kami secara akademis sangat kuat juga," kata dia.
    Tahun ini, salah satu siswi mereka menjadi juara satu bidang pelajaran matematika dalam ajang Olimpiade Ilmu Pengetahuan Nasional dan akan mewakili Ketapang di tingkat provinsi.
    Ada pula Iin, 22, mendobrak rintangan gender konvensional dalam industri kelapa sawit ketika ia menjadi petugas keamanan perempuan pertama di perkebunan kelapa sawit Cargill, Poliplant Group.
    Karyawan Cargill lainnya, Alita, berusia 27 tahun, adalah petugas paramedis dan administrasi di perkebunan yang sama di Kalimantan Barat. Sebagai anggota suku Dayak, Alita adalah perempuan pertama yang meninggalkan desanya untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi.
    "Di desa saya, perempuan cenderung enggan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi karena begitu mereka merasa nyaman mereka menikah pada usia muda, beberapa di usia muda seperti 15 atau 16 tahun. Saya berharap dapat membantu lebih banyak perempuan dari desa saya bahwa melakukan sesuatu di luar hal yang biasa sama sekali bukan hal yang menakutkan. Sebenarnya, pengalaman benar-benar dapat bermanfaat," kata Alita.
    Dengan bekerja sebagai petugas paramedis dan administrasi di perkebunan Cargill Poliplant Group, ia mampu membiayai pendidikan anaknya sambil melakukan apa yang disenangi.
    Merujuk pada hal itu, terlihat bahwa perusahaan dapat memainkan peran dalam memberikan kesempatan untuk kaum perempuan dan melengkapi mereka dengan ketrampilan dan pengetahuan seumur hidup karena hal ini dapat berdampak signifikan pada karir profesional mereka.
    Bagi Cargill, karyawan perempuan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit bukanlah orang asing bagi perusahaan yang mempunyai inisiatif untuk berfokus pada perempuan dalam hal kesehatan, nutrisi, kehamilan dan keluarga berencana.
    Baru-baru ini pada perayaan Hari Perempuan Internasional, para karyawan perempuan belajar mengenai konsep-konsep keuangan dasar seperti menabung, bunga majemuk, dan investasi. Kemudian, belajar tentang pentingnya perlindungan dari radiasi UV juga merupakan acara yang penting bagi para karyawan, terutama pekerja lapangan yang setiap hari bekerja di bawah sinar matahari, yang dianjurkan untuk memeriksa kulit mereka secara teratur, dan memakai pakaian pelindung ketika bekerja di bawah terik matahari.
    Di perkebunan kelapa sawit, Cargill mempekerjakan lebih dari 50 orang pemanen perempuan dimana pekerjaan ini banyak dipandang secara tradisional sebagai pekerjaan yang didominasi laki-laki. Terlebih lagi, perempuan mulai mengambil peran ini sebagai suatu profesi, dan membuktikan mereka juga terampil sama halnya dengan laki-laki.
    Sedangkan dalam hal petani plasma kelapa sawit, LSM internasional Oxfam menemukan bahwa petani plasma kelapa sawit perempuan mempunyai perhatian lebih besar daripada laki-laki dalam hal kualitas panen, dan bahwa produktivitas mereka cenderung meningkat hasil dari meningkatnya akses mereka pada pelatihan teknikal.
    Perempuan dapat menjadi pelaku perubahan yang efektif apabila mereka diberdayakan.  Perempuan di perkebunan kelapa sawit Cargill telah membuktikan bahwa dengan pendidikan dan akses yang tidak berpihak pada kesempatan kerja, perempuan sama hebatnya dengan laki-laki dalam industri minyak kelapa sawit. 

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016