Pontianak (Antara Kalbar) - Orangutan (Pongo pygmaeus p) di koridor Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat menyebar cukup tinggi di daerah rawa Labian-Leboyan, tepatnya di kiri dan kanan Sungai Labian, berkisar 122 hingga 372 individu.

Sementara untuk kawasan "lowland" (dataran rendah) meliputi Bukit Telatap (Pelaik), Bukit Peninjau (Meliau), Bukit Pana Kelawik dan Bukit Bunut Peninjau 1, jumlah sebaran tidak mencapai ratusan, namun berada pada kisaran puluhan individu, kata Manajer WWF Indonesia program Kalimantan Barat, Albertus Tjiu di Pontianak, Senin.

Ia mengatakan, kondisi tersebut dapat dilihat dari kepadatan sarang per kilometer persegi, di mana untuk daerah kiri Sungai Labian memiliki kepadatan sarang 286,670 km persegi sementara untuk daerah kanan Sungai Labian 303,450 km persegi.

Kedua kawasan tersebut merupakan daerah rawa dengan ketinggian 1 - 149 meter di atas permukaan laut dan berada di koridor dengan luasan 121.975 hektare.

Menurut Albert, data yang diungkap tersebut merupakan hasil penelitian WWF Indonesia program Kalbar tahun 2011 guna mendata populasi orangutan di koridor TNBK dan TNDS. Meski penelitian berlangsung pada lima tahun lalu, namun masih relevan menjadi bahan kajian terkait habitat orangutan di kawasan TNBK dan TNDS.

Ia menuturkan, tingginya sebaran orangutan di kawasan rawa itu, karena jumlah dan jenis pakan di habitat rawa lebih banyak daripada di dataran rendah. Pakan yang banyak dijumpai di kawasan koridor yang berada di daerah rawa itu meliputi rambai-rambaian, jambu-jambuan, kenari dan medang.

Masih menurut Albert, untuk mengetahui populasi orangutan juga harus melihat kelas sarang yang terdiri dari lima kelas.

Sementara kelas sarang menurut Van Schaik meliputi, Kelas 1 (sarang baru) dan 2 lebih banyak dijumpai di habitat rawa,menunjukkan tingginya tingkat keberadaan orangutan, dibandingkan dengan di dataran rendah.

Dan sarang kelas 3 dijumpai di kedua tipe habitat (rawa dan dataran rendah). Sedangkan kelas 4 dan 5, menunjukkan sarang tersebut sudah lama ditinggalkan dan tidak digunakan orangutan lagi. "Tetapi berdasarkan jumlah sarang, sarang di dataran rendah lebih banyak dibandingkan di rawa," ucapnya, mengungkapkan.

Menurut Albert, jika berbicara mengenai jumlah sarang, kepadatan sarang di dataran rendah lebih banyak dibandingkan di rawa. Jika dilihat dari kepadatan orangutan, tingkat kepadatan tertinggi berada di Bukti Telatap Pelaik yakni 5,84 individu per meter persegi.

Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2011, tidak berbeda jauh dengan temuan jumlah individu orangutan pada penelitian tahun 2009. Keadaan tersebut menunjukkan kondisi habitat orangutan di kawasan koridor TNBK dan TNDS cukup stabil dalam dua tahun tersebut.

WWF Indonesia membangun koridor atau jalur satwa di kawasan TNBK - TNDS dengan tujuan mempertahankan habitat orangutan di dua kawasan taman nasional tersebut.



(T.N005//C004) 

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016