Pontianak (Antara Kalbar) - Pengamat Pendidikan dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, DR Aswandi mengatakan saat ini kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan mulai berkurang dan dikhawatirkan mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada.
"Satu kekhawatiran yang saya alami selama ini dan ini terbukti, dimana dari hasil penelitian yang saya lakukan di Sambas, belum lama ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin berkurang," kata Aswandi di Pontianak, Selasa.
Dari hasil penelitian mantan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan itu, ditemukan banyak anak-anak di Sambas yang tidak ingin melanjutkan sekolah karena mereka tidak percaya lagi dengan sekolah yang bisa memperbaiki masa depan hidupnya.
Salah satu contoh ketidakpercayaan masyarakat terhadap sekolah, ada beberapa objek sampel penelitiannya yang mengatakan hal tersebut dimana mereka membandingkan jenjang pendidikan antara si A, B dan C yang memiliki jenjang pendidikan yang berbeda, namun bekerja ditempat yang sama dan objek pekerjaan yang sama dan dengan gaji yang sama.
"Beberapa dari mereka mengatakan, Aku ini hanya lulusan SD, namun si B lulusan SMP dan si C juga lulusan S1, tapi kami bekerja sebagai buruh. kemudian si A membandingkan status pendidikan mereka dan menarik kesimpulan bahwa untuk apa sekolah tinggi, jika mereka juga bekerja pada bidang pekerjaan yang sama," kata Aswandi yang juga Pembantu Rektor I Untan.
Dari kasus tersebut, menunjukkan bahwa nilai kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan semakin berkurang dan karena penelitian itu dilakukan di Sambas, dia menyimpulkan itu merupakan suatu "gunung es" karena Aswandi yakin kasus seperti itu juga banyak terjadi di daerah lain.
Aswandi menambahkan, hal itu menjadi masalah serius yang harus menjadi perhatian dari berbagai pihak terkait karena saat ini pola pikir masyarakat sangat pragmatis dan berorientasi pada pekerjaan.
"Hal ini saya yakin terjadi diseluruh dunia, dimana orang pintar dalam pendidikan belum tentu berhasil dalam hidupnya, dimana sudah terbukti, banyak orang yang menjadi juara di sekolahnya dan lulusan terbaik di perguruan tinggi namun sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sementara mereka yang mendapatkan pendidikan yang tidak terlalu tinggi namun mendapatkan pendidikan dengan mudah," katanya.
Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk membenahi hal itu, salah satunya dengan menyediakan pendidikan yang lebih baik dengan pendidikan yang inovatif dan kompetitif, bukan hanya pendidikan yang menyuruh anak untuk sekedar sekolah.
"Pendidikan yang ada harus diarahkan pada penciptaan karakter anak yang mampu bersaing dengan dunia kerja, memiliki kemampuan literasi yang baik. Ini harus menjadi perhatian kita bersama, agar pendidikan kita kedepan bisa semakin lebih baik," kata Aswandi.
(U.KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Satu kekhawatiran yang saya alami selama ini dan ini terbukti, dimana dari hasil penelitian yang saya lakukan di Sambas, belum lama ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin berkurang," kata Aswandi di Pontianak, Selasa.
Dari hasil penelitian mantan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan itu, ditemukan banyak anak-anak di Sambas yang tidak ingin melanjutkan sekolah karena mereka tidak percaya lagi dengan sekolah yang bisa memperbaiki masa depan hidupnya.
Salah satu contoh ketidakpercayaan masyarakat terhadap sekolah, ada beberapa objek sampel penelitiannya yang mengatakan hal tersebut dimana mereka membandingkan jenjang pendidikan antara si A, B dan C yang memiliki jenjang pendidikan yang berbeda, namun bekerja ditempat yang sama dan objek pekerjaan yang sama dan dengan gaji yang sama.
"Beberapa dari mereka mengatakan, Aku ini hanya lulusan SD, namun si B lulusan SMP dan si C juga lulusan S1, tapi kami bekerja sebagai buruh. kemudian si A membandingkan status pendidikan mereka dan menarik kesimpulan bahwa untuk apa sekolah tinggi, jika mereka juga bekerja pada bidang pekerjaan yang sama," kata Aswandi yang juga Pembantu Rektor I Untan.
Dari kasus tersebut, menunjukkan bahwa nilai kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan semakin berkurang dan karena penelitian itu dilakukan di Sambas, dia menyimpulkan itu merupakan suatu "gunung es" karena Aswandi yakin kasus seperti itu juga banyak terjadi di daerah lain.
Aswandi menambahkan, hal itu menjadi masalah serius yang harus menjadi perhatian dari berbagai pihak terkait karena saat ini pola pikir masyarakat sangat pragmatis dan berorientasi pada pekerjaan.
"Hal ini saya yakin terjadi diseluruh dunia, dimana orang pintar dalam pendidikan belum tentu berhasil dalam hidupnya, dimana sudah terbukti, banyak orang yang menjadi juara di sekolahnya dan lulusan terbaik di perguruan tinggi namun sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sementara mereka yang mendapatkan pendidikan yang tidak terlalu tinggi namun mendapatkan pendidikan dengan mudah," katanya.
Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk membenahi hal itu, salah satunya dengan menyediakan pendidikan yang lebih baik dengan pendidikan yang inovatif dan kompetitif, bukan hanya pendidikan yang menyuruh anak untuk sekedar sekolah.
"Pendidikan yang ada harus diarahkan pada penciptaan karakter anak yang mampu bersaing dengan dunia kerja, memiliki kemampuan literasi yang baik. Ini harus menjadi perhatian kita bersama, agar pendidikan kita kedepan bisa semakin lebih baik," kata Aswandi.
(U.KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016