Pontianak (Antara Kalbar) - Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat terkenal dengan hasil kerajinan berupa bidai atau tikar, namun kerajinan ini terancam punah lantaran bahan baku berupa rotan sudah langka didapat.
"Susah sekarang cari rotan, sebelumnya membeli dari Kalteng namun sekarang sudah sulit mendapatkan karena di sana rotan juga mau habis," ujar Roslinda, satu di antara pengrajin bidai di Bengkayang, Rabu.
Menurut wanita yang memulai usahanya sejak tahun 1999 ini, untuk pengarajinya sendiri di Bengkayang masih banyak yang mahir sebab itu dari turun temurun diajarkan kepada generasi selanjutnya. Namun kembali lagi disampaikanya dengan keterbatasan bahan baku tidak menutup kemungkinan ke depan pengrajin yang ada akan mulai hilang.
"Untuk tenaga penganyam kita banyak. Seberapapun bahan baku ada maka penganyam akan berdatangan. Namun sekarang masalahanya di bahan baku" kata pengrajin sekaligus pengusaha bidai di Jagoi Babang.
Roslinda menambahkan, apabila bahan dan bidai ada, tidak sulit untuk melakukan pemasarannya. Menurutnya banyak pembeli yang memesan jauh hari dan memberikan uang muka terlebih dahulu.
"Kalau bahan ada, kami akan kewalahan untuk mengerjakan pesanan," katanya.
Dengan kelangkaan rotan tersebut, Roslinda meminta pemerintah untuk mencari jalan keluar agar rotan tetap tersedia.
"Alangkah baiknya, pemerintah melakukan penanaman rotan dengan mengajak masyarakat dan ini perlu digalakkan," katanya.
Untuk tikar bidai, Roslinda membuat tiga ukuran, ukuran kecil dengan lebar 1,5 m x panjang 2,10 ukuran sedang 1,8 m x 2,7 m dan ukuran besar 2,1 m x 3 m.
"Selain tikar bidai, kita juga membuat beragam kerajinan lain seperti sajadah dan tikar,"katanya.
(U.KR-DDI/M019)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Susah sekarang cari rotan, sebelumnya membeli dari Kalteng namun sekarang sudah sulit mendapatkan karena di sana rotan juga mau habis," ujar Roslinda, satu di antara pengrajin bidai di Bengkayang, Rabu.
Menurut wanita yang memulai usahanya sejak tahun 1999 ini, untuk pengarajinya sendiri di Bengkayang masih banyak yang mahir sebab itu dari turun temurun diajarkan kepada generasi selanjutnya. Namun kembali lagi disampaikanya dengan keterbatasan bahan baku tidak menutup kemungkinan ke depan pengrajin yang ada akan mulai hilang.
"Untuk tenaga penganyam kita banyak. Seberapapun bahan baku ada maka penganyam akan berdatangan. Namun sekarang masalahanya di bahan baku" kata pengrajin sekaligus pengusaha bidai di Jagoi Babang.
Roslinda menambahkan, apabila bahan dan bidai ada, tidak sulit untuk melakukan pemasarannya. Menurutnya banyak pembeli yang memesan jauh hari dan memberikan uang muka terlebih dahulu.
"Kalau bahan ada, kami akan kewalahan untuk mengerjakan pesanan," katanya.
Dengan kelangkaan rotan tersebut, Roslinda meminta pemerintah untuk mencari jalan keluar agar rotan tetap tersedia.
"Alangkah baiknya, pemerintah melakukan penanaman rotan dengan mengajak masyarakat dan ini perlu digalakkan," katanya.
Untuk tikar bidai, Roslinda membuat tiga ukuran, ukuran kecil dengan lebar 1,5 m x panjang 2,10 ukuran sedang 1,8 m x 2,7 m dan ukuran besar 2,1 m x 3 m.
"Selain tikar bidai, kita juga membuat beragam kerajinan lain seperti sajadah dan tikar,"katanya.
(U.KR-DDI/M019)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016