Pontianak (Antara Kalbar) - Korea Selatan saat ini tengah serius untuk membangun pabrik pengolahan biodiesel di Kalimantan Barat dengan target produksi 100 ribu ton pertahun.

"Sudah ada beberapa yang sepakat. Ada 20 perusahaan perkebunan sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Kalbar. Kami juga sudah berbicara dengan Pertamina yang akan menjadi pihak pembeli produk akhir kami," kata perwakilan investor asal Korsel, Jeong Woo Yoo di sela kunjungan ke Pontianak, Kamis.

Jeong menjelaskan adapun kapasitas pabrik yang akan dibangun di Kalbar yakni mampu menghasilkan 100 ribu ton biodiesel per tahun.

Sejauh ini pihaknya tertarik untuk membangunnya di Tayan, Sanggau lantaran lokasinya yang dekat dengan Sungai Kapuas sebagai jalan besar transportasi komoditas di Kalbar.

"Hanya saja kita masih menunggu arahan dari pemerintah Indonesia dan Kalbar, bagaimana rencana tata ruang mereka," kata dia.

Dikatakannya pabrik tersebut akan menggunakan teknologi tinggi, yang dapat mengolah minyak asam atau minyak kotor CPO menjadi biodiesel.

Teknologi ini berbeda dengan pabrik lainnya yang masih membutuhkan bahan baku berkualitas tinggi dan mahal.

"Nilai investasi awal Korea dalam proyek tersebut mencapai 40 juta dolar AS. Investasi tersebut meliputi pembangunan sarana dan prasarana kawasan pabrik , rekrutmen tenaga kerja lokal dan lain-lain," tuturnya.

Jeong menjelaskan mengapa Kalimantan Barat dipilih untuk pembangunan pabrik lantaran potensi dari limbah sawit yang belum banyak tergarap di provinsi ini.

"Apabila pabrik ini berhasil, maka kami akan membuat pabrik-pabrik lain di banyak wilayah di Indonesia. Berhubung kami mengandalkan mesin, maka kami hanya butuh 2 hektare saja. Maksimal 5 hektare untuk lahanya," ujarnya.

Dijelaskannya perusahaan milik raksasa otomotif Korea Selatan ini sudah membangun pabrik serupa di negara asalnya, kemudian membangun lagi di Tiongkok dan Vietnam. Sejauh ini pabrik tersebut sangat menguntungkan lantaran bahan bakunya yang murah.

"Malah semakin jelek kualitas limbahnya, maka semakin untung. Saya sudah menghitung," imbuh dia.
Selain menggandeng Gapki Kalbar, Korea Selatan juga menggandeng Universitas Tanjungpura. Untan diminta menyediakan tenaga ahli dalam program tersebut. Pihaknya menganggap perguruan tinggi negeri ini memiliki orang-orang yang cakap dan ahli di bidang pengolahan biodiesel.

"Kami sudah meminta arahan dari Pertamina juga. Mereka bilang memang sangat membutuhkan biodiesel. Kalau ada produknya, mereka akan langsung akan melakukan kerja sama jual beli. Kalau ini lancar mungkin setahun dua tahun sudah beroperasi," kata Jeong.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016