Pontianak (Antara Kalbar) - Sebanyak ratusan pelajar di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat berkumpul untuk mengikuti tradisi Nyobeng di daerah tersebut.

Kegiatan yang diikuti para siswa tersebut dalam rangka melestarikan budaya lokal yang dilakukan secara turun temurun.

"Adat budaya nyobeng merupakan salah satu adat budaya yang harus dilestarikan. Nyobeng melekatkan dua negara antara Indonesia dan Malaysia. Nyobeng merupakan adat budaya yang sudah berlangsung lama dan turun menurun," ujar satu di antara Guru SMAN 1 Jagoi Babang, Abdurahman saat dihubungi di Bengkayang, Jumat.

Abdurahman menjelaskan budaya nyobeng yang dilakukan para siswa dalam rangka bagaimana siswa dapat mengenal dan terus melanjutkan tradisi tersebut.

Dikatakanya Nyobeng merupakan kegiatan Ritual Suku Dayak Bidayuh di daerah Sebujit Desa Hlibeui Kecamatan Siding yang telah dilakukan secara turun temurun.

"Untuk Kabupaten Bengkayang, Nyobeng dilaksanakan di beberapa daerah, seperti Tadan, Kecamatan Seluas dan Gawai Nyobeng Dayak Bidayuh Desa Hlibuei. Nyobeng dilaksanakan selama 7 hari 7 malam dan mengundang masyarakat di sekitar kampung maupun sanak saudara yang berdomisili jauh," jelasnya.

Abdurahman mengatakan dalam kegiatan Nyobeng para tamu akan disambut secara ritual adat oleh tetua dan masyarakat Hlibuei. Prosesi penyambutan tamu dilakukan dengan lengkingan tarian serta penyerahan seekor anjing dan ayam untuk dipotong menggunakan mandau oleh tamu, prosesi ini dimaknai untuk menguji keberanian (nyali) tamu yang datang pada ritual Nyobeng.

"Setelah pemotongan anjing dan ayam selanjutnya para tamu akan dilempari telur oleh para wanita kampung. Hal ini untuk menguji ketulusan hati para tamu yang berkunjung ke Desa Hlibuei," kata dia.

Ditambahkannya proses puncak Nyobeng dimulai pada 15 Juni dengan memandikan Tengkorak Kayauw peninggalan Leluhur, jimat dan benda-benda pusaka lainnya yang disemayamkan di Rumah Baluk dengan darah babi dan ayam.

"Oleh Ketua adat Hlibuei menyampaikan mantera ucapan terima kasih pada roh leluhur yang telah menjaga kampung dan memberikan limpahan hasil panen, terhindarnya masyarakat kampung dari serangan penyakit, serta semua rejeki yang telah diraih tahun ini. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan proses pembakaran hati babi untuk dipersembahkan pada roh leluhur," katanya.

Sementara itu Bupati Bengkayang Suryadman Gidot mengatakan Kabupaten Bengkayang memiliki keterbatasan untuk mengembangkan tradisi adat budaya.

"Untuk itu saya berharap ke depannya banyak generasi muda termasuk pelajar yang ikut peduli dan mengembangkan adat budaya agar tidak punah," kata dia.

(KR-DDI/N005)

Pewarta: Dedi

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016