Pontianak (Antara Kalbar) - Cargill, induk perusahaan perkebunan PT Harapan Sawit Lestari dan Poliplant Grup di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, merilis laporan terbaru tentang Sustainable Palm Oil periode September 2016.
   
Laporan ini menyoroti kemajuan-kemajuan yang dicapai sejak bulan April 2016. Antara lain, Cargill mencapai hampir 100 persen ketertelusuran (traceability) hingga tingkat pabrik untuk pasar-pasar utama. Ketertelusuran gabungan secara global untuk tingkat pabrik adalah 90 persen (100 persen untuk kernel dan 88 persen untuk sawit) untuk seluruh sawit yang Cargill pasarkan.
   
Selain itu, dalam keterangan tertulis dari Cargill yang diterima, diperoleh pula kemajuan interim pertama dalam hal  ketertelusuran (traceability) hingga tingkat perkebunan dengan 35 persen ketertelusuran gabungan untuk tingkat perkebunan (37 persen untuk kernel dan 34 persen untuk sawit). Untuk itu, Cargill akan terus melibatkan para pemasok utama demi mencapai tujuan 100 persen ketertelusuran hingga tingkat perkebunan pada tahun 2020.
   
Kemudian, juga diukur tingkat transformasi di berbagai rantai pasokan dengan mempertimbangkan keterlibatan pemasok dalam rencana transformasi. Seperti rencana Aggregator/Refiner Transformation (ART) atau program pemasok Proforest, untuk meninjau apakah mereka memasok produk-produk bersertifikat RSPO Segregated, dan memiliki kebijakan sourcing yang kredibel dan bertanggung jawab, antara lain kebijakan No Deforestation, Peat dan Exploitation.
   
Cargill juga telah menyelesaikan penilaian risiko pabrik dan menerapkan tingkat risiko prioritas pabrik dengan Global Forest Watch Commodities (http://www.wri.org/publication/palmriskmethodology) PALM Risk Tool untuk 634 pabrik dalam rantai pasokan tahun 2016. Hal ini diyakini akan membantu Cargill dalam menyesuaikan program pemantauan dan keterlibatan pemasok.
   
Di Amerika Latin, Cargill melakukan tiga verifikasi situs untuk memperkuat kesepahaman dengan para pemasok mengenai komitmen keberlanjutan Cargill dan untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan demi meningkatkan praktik sourcing para pemasok agar sesuai dengan kebijakan sawit Cargill.
   
Sedangkan di Papua Nugini, Cargill menyelesaikan penilaian HCV-HCS terintegrasi perdana dengan Hargy Oil Palms Limited yang akan menginformasikan pendekatan HCS dan proses konvergensi HCS+ yang sedang berlangsung, dimana Cargill tetap aktif terlibat di dalamnya.
   
Cargill juga ikut berpartisipasi dalam studi kasus Daemeter perdana tentang "Biaya Konflik Sosial di Sektor Minyak Kelapa Sawit Indonesia", yang mengukur secara kuantitatif dampak finansial dari konflik sosial bagi para pemangku kepentingan minyak sawit.
   
Laporan lengkap dan informasi tambahan juga dapat ditemukan di  cargill.com/palmoil.

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016