Pontianak (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat Cornelis dan The Sustainable Trade lnitiative (IDH) bekerja sama dengan Bumitama Gunajaya Agro (BGA Group) dan Aidenvironment (AE) meresmikan percontohan kemitraan penerapan sawit berkelanjutan di Kabupaten Ketapang, Kalbar.

"Saya harapkan, dengan adanya kerjasama ini, maka kedepan, berbagai satwa liar yang ada di sekitar perkebunan sawit bisa lebih terjamin kehidupannya dan tercegah dari kepunahan," kata Cornelis di Pontianak, Selasa.

Selama ini, lanjutnya, sudah sering didengar kasus adanya Orangutan yang masuk kepemukiman warga, akibat ekosistem mereka terganggu, dimana lahan banyak dibangun perkebunan sawit, begitu juga dengan satwa lainnya.

"Untuk itu, ini harus bisa menjadi perhatian bersama, agar bagaimana perusahaan perkebunan atau pertambangan bisa tetap berjalan, namun aspek lingkungan juga harus diperhatikan," tuturnya.

Ditempat yang sama, Country Director dari IDH Indonesia, Fitrian Ardiansyah mengatakan kemitraan ini merupakan inisiatif bersama dalam membangun kawasan konservasi dan koridor yang menghubungkan kawasan Hutan Konservasi yakni Taman Nasional Gunung Palung, Gunung Tarak dan kawasan hutan Sungai Putri.

Saat ini kawasan antara Gunung Tarak, Gunung Palung dan hutan rawa gambut Sungai Putri sangat terancam oleh deforestasi, pembalakan liar, pertambangan, dan ancaman kebakaran hutan. Sehingga mengganggu kelangsungan hidup keanekaragaman hayati yang tidak dapat ditemukan ditempat lain didunia dan mengancam habitat orangutan serta flora dan fauna lainnya.

"Melalui kemitraan ini, akan dibangun koridor atau jalur lintasan habitat satwa liar dan salah satunya adalah orangutan. Koridor ini pun akan menjadi akses satwa bermigrasi dan mencari makanan," tuturnya.

Dikatakannya, pembuatan koridor ini akan membantu mengurangi konflik yang sering terjadi antara masyarakat lokal dan Orangutan.

Hal tersebut sejalan dengan komitmen Pemerintah Provinsi Kalbar yang berinisiatif dalam membangun Kawasan Ekosistem Esensial pendekatan lansekap.

Pendekatan ini, kata Fitrian, akan melibatkan pemerintah, masyarakat, petani dan organisasi, perusahaan. Untuk menjaga kelestarian dari pendekatan ini, kemitraaan ini juga akan bekerja sama dengan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat.

Kemitraan ini juga akan menghubungkan delapan desa dengan total populasi sekitar 11.000 jiwa. Proyek ini akan mengembangkan 5.000 petani kecil kelapa sawit melalui pendirian lembaga koperasi.

Luas lahan yang direncanakan untuk koridor bagi satwa liar adalah sekitar 1.800 ha, dimana sekitar 1.110 ha berada didalam konsesi PT GMS atau Gemilang Makmur Sejahtera yang merupakan anak usaha BGA Group. Bagian utama dari koridor tersebut rencananya kata Fitrian akan dilakukan penanaman pohon.

"Kita mengharapkan selain memberikan kehidupan yang nyaman terhadap habitat satwa liar, proyek kawasan ekosistem esensial ini juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat desa sekitar secara mandiri," katanya.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017