Sintang (Antara Kalbar) - Para petani dari sejumlah kelompok tani di Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang, Kalimantan Barat mengeluhkan serangan hama walang sangit pada lahan pertanian mereka yang mengakibatkan hasil panen padi tidak sesuai harapan.

Petani dari Desa Samak, Kecamatan Dedai, Sintang, Yula, saat ditemui Minggu, mengatakan walang sangit yang biasa disebut empangau itu menyerang tanaman padi yang sudah bermalai.

Hama itu memakan bulir padi muda, sehingga banyak malai yang rusak dan bulir padi kosong.

"Kalau sudah dimakan empangau, produksi akan turun tidak sesuai harapan kami," kata Yula, anggota Kelompok Tani Samak Lestari itu pula.

Ia mengaku sudah mencoba bermacam-macam cara untuk mengatasi serangan hama itu, namun belum dapat mengusir walang sangit yang terus berdatangan ke areal tanam padinya.

"Sudah pakai cara dengan penyemprotan racun, tapi belum ada hasilnya. Empangau tetap datang dan makan bulir padi kami," kata petani itu lagi.

Dia mengatakan, pada lahan padi yang diusahakan bersama petani lainnya di lahan seluas 2 hektare saat ini, banyak malai dan bulir padi yang sudah rusak karena terkena serangan walang sangit.

Diperkirakan panen musim gadu yang akan dilakukan pada akhir Agustus nanti tidak sesuai harapan.

"Kalau ada serangan empangau kayak begini, kami tak bisa pastikan saat panen nanti hasilnya akan berlimpah," kata petani yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Tani Semak Lestari itu pula.

Padahal saat ini kelompok taninya sedang mempraktikan teknologi pertanian Hazton, dengan bibit padi yang ditanam sebanyak 20 hingga 30 bibit, dan bukan cara bertani yang biasa dilakukan hanya dengan 3-5 bibit saja.

"Padahal kami ingin tahu hasil panen nanti bisa dapat berapa ton. Kalau menurut penyuluh, hasil panen teknologi Hazton di lahan 1 hektare bisa sampai 3 ton," katanya lagi.

Keluhan senada juga disampaikan petani dari Desa Tekudak, Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu yang ditemui beberapa hari lalu. Petani setempat mengaku kesulitan menghadapi serangan hama walang sangit.

"Sudah macam-macam cara dilakukan, baik itu cara alami atau pun dengan obat (racun) hama, tapi tetap saja ada serangan," kata Rosalia, anggota Kelompok Tani Sungai Sepangin.

Ia mengatakan pada Senin (17/7) baru panen padi dengan teknologi Hazton pada lahan seluas 0,5 hektare. Namun hasilnya baru 10 karung ukuran 50 kilogram gabah kering panen. Semestinya hasil panen bisa lebih banyak, tapi karena ada serangan hama, hasilnya tidak sesuai harapan.

Masalah serupa juga ditemui di Desa Tekalong, Kecamatan Mentebah, dan Desa Lubuk Antuk, Kecamatan Hulu Gurung, masih di Kabupaten Kapuas Hulu.

Petani di Tekalong baru pada pekan kemarin melakukan panen musim gadu. Sebelum panen, yakni saat bulir padi muncul, saat itu pula walang sangit datang dan memakan bulir padi muda.

Namun khusus di Desa Lubuk Antuk, kelompok tani perempuan setempat menerapkan perlakuan tradisional yang diajarkan orang tua mereka untuk mengusir hewan pengganggu tanaman padi itu, yakni dengan membuat asap dari buah asam (sejenis mangga) yang ada di sekitar lahan pertanian. Jika empangau muncul, ada anggota kelompok tani yang membakar asam dan daun-daunan sehingga menimbulkan asap.

Cara tersebut dianggap cukup efektif membantu petani untuk mengusir walang sangit, selain dengan menggunakan racun hama.


(T.N005/B014)

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017